Idul Fitri selalu dirayakan oleh setiap muslim di seluruh dunia pada tanggal 1 Syawal menurut kalender Hijriyah. Begitu juga di Indonesia, seluruh umat Islam selalu menantikan hari raya yang dilaksanakan setiap satu tahun sekali ini. Saat hari kemenangan ini datang, semua orang merayakannya secara besar-besaran dan penuh kemeriahan. Bahkan satu bulan sebelumnya, pada saat bulan Ramadhan, semua orang sudah mulai mempersiapkan segala kebutuhan yang diperlukan untuk melengkapi perayaan hari lebaran. Mereka membelanjakan uangnya untuk keperluan lebaran tersebut melebihi pengeluaran mereka pada bulan-bulan biasanya, bahkan mungkin dua kali lipat lebih banyak. Ramadhan memang menjadi bulan berkah, terutama berkah bagi para pedagang yang keuntungannya bisa berkali lipat lebih banyak dari bulan biasanya.
Di Indonesia makna lebaran diartikan harus berkumpul dengan keluarga besar mereka, yang sebenarnya itu tidak perlu dilakukan saat itu juga. Yang akhirnya terjadilah arus mudik yang deras karena semua orang ingin pulang ke kampung halaman masing-masing untuk berkumpul dengan keluarga besar mereka, dan fenomena ini hanya ada di Indonesia. Yang kemudian dampaknya adalah semakin banyak yang harus dikonsumsi oleh masyarakat dari barang dan jasa untuk kebutuhan hari raya. Dari alat transportasi untuk mudik, hingga barang-barang untuk buah tangan yang diperuntukkan kepada anggota keluarga di tempat asal. Barang-barang yang sering dikonsumsi untuk lebaran ada berbagai macam, dari sembako dan kue kering untuk hidangan hari raya, parzel untuk hantaran, juga terutama baju baru untuk hari raya. Selain itu jasa-jasa yang dikonsumsi pada saat hari raya juga tidak lebih sedikit daripada barang yang dikonsumsi, mulai dari transportasi untuk mudik, seperti rent car, travel, atau angkutan umum, kemudian penukaran uang baru untuk dibagi-bagikan pada anak-anak kecil, tempat-tempat peristirahatan, restaurant, bengkel, dan tempat rekreasi. Hal ini menambah daftar panjang perhitungan yang harus dikonsumsi masyarakat dalam rangka merayakan hari raya.
Ketupat Lebaran
Di Indonesia, ketupat dengan opor ayam sebagai pendampingnya seperti makanan wajib pada saat lebaran. Kata orang, lebaran atau hari raya Idul Fitri tidak lengkap tanpa adanya ketupat. Walaupun makanan pendampingnya terkadang berubah-ubah, tapi ketupat selalu ada.
Makanan yang berbahan dasar beras ini tidak jauh berbeda dari lontong. Perbedaannya hanya terletak pada bentuk dan bahan pembungkusnya, ketupat berbentuk prisma dan gemuk sedangkan lontong berbentuk persegi panjang dan lonjong, dan ketupat terbungkus dengan janur sedangkan lontong terbungkus dengan daun pisang, selain itu kedua makanan yang berbahan dasar beras ini tidak ada bedanya. Namun karena adanya pemberian makna yang berbeda, maka ketupat dibedakan dengan lontong dan diartikan sebagai makanan khas untuk hari raya. Awalnya ketupat mungkin tidak memiliki arti penting karena pada dasarnya sama saja dengan lontong yang biasa di makan sehari-hari atau sebagai pendamping bakso atau makanan jajanan lainnya. Namun, karena pemberian makna atau proses pencitraan pada ketupat tersebut maka hingga saat ini ketupat diartikan sebagai makanan khas untuk hari raya. Kondisi ini terus berlanjut, sehingga kebiasaan untuk menghidangkan ketupat saat lebaran menjadi sebuah tradisi baru yang sampai saat ini masih banyak orang melakukannya.
Totemisme merupakan asosiasi simbolik dari tanaman, hewan atau obyek-obyek dengan individu atau sekelompok orang pada masyarakat tradisional, dalam hal ini ketupat menjadi salah satu bentuk totemisme dalam masyarakat. Ketupat menjadi simbol dalam perayaan hari raya Idul Fitri, hal ini dapat dilihat pada saat hari raya ketupat dijadikan sebagai makanan yang harus selalu ada, dan dalam beberapa kartu ucapan selamat Idul Fitri kebanyakan tercantum gambar ketupat, atau beberapa tempat seperti pusat perbelanjaan atau toko-toko kecil lainnya akan memasang beberapa ornamen atau gambar ketupat dalam rangka merayakan hari raya dan disamping itu juga untuk menarik pelanggan.
Karena pemaknaan dan tradisi untuk memakan ketupat, maka membeli ketupat telah menjadi kegiatan konsumsi yang paling sering dilakukan oleh orang Indonesia setiap menjelang lebaran. Dari kalangan atas sampai kalangan menengah ke bawah membeli janur untuk membuat pembungkus ketupat sendiri, atau membeli pembungkus ketupat yang sudah jadi, atau mungkin langsung membeli ketupat yang sudah masak dan dapat langsung disajikan dan dimakan. Pada intinya, ketupat harus ada di meja saat hari raya Idul Fitri tiba.
Ketidakseimbangan
Selain karena tradisi, konsumsi massa pada saat hari raya juga dipengaruhi oleh faktor prestise dimana orang akan gengsi jika tidak membeli sesuatu yang sama dengan masyarakat pada umumnya, seperti baju baru untuk hari raya. Juga iklan-iklan yang menggiurkan agar konsumen tertarik untuk membeli walaupun hal itu sebenarnya tidak penting, misalnya dengan diskon besar-besaran setiap menjelang hari raya.
Konsumsi besar-besaran yang dilakukan oleh orang Indonesia ini sebenarnya tidak perlu dilakukan. Makna dari hari raya Idul Fitri sebenarnya adalah saling memaafkan dengan keluarga dan orang-orang terdekat kita agar hati kita menjadi bersih dari dosa-dosa yang pernah kita lakukan. Tidak perlu dirayakan secara besar-besaran dan serba mewah. Di tengah perekonomian Indonesia yang tidak pernah stabil ini, alangkah baiknya uang yang mereka miliki dipergunakan untuk mengkonsumsi sesuatu yang benar-benar mereka perlukan. Katanya miskin, tapi sanggup membeli tiket untuk pulang kampung seberapa jauh pun itu. Katanya tidak mampu membeli beras, tapi sanggup membeli baju baru untuk lebaran. Konsumsi untuk lebaran memang tidak perduli apakah dirinya memiliki uang atau tidak sebelum dan sesudah lebaran, bahkan menyekolahkan sertifikat rumah, berhutang, menjual sapi, atau yang lebih ekstrim tindak kejahatan semakin banyak dengan alasan untuk memenuhi kebutuhan lebaran.
Di Indonesia makna lebaran diartikan harus berkumpul dengan keluarga besar mereka, yang sebenarnya itu tidak perlu dilakukan saat itu juga. Yang akhirnya terjadilah arus mudik yang deras karena semua orang ingin pulang ke kampung halaman masing-masing untuk berkumpul dengan keluarga besar mereka, dan fenomena ini hanya ada di Indonesia. Yang kemudian dampaknya adalah semakin banyak yang harus dikonsumsi oleh masyarakat dari barang dan jasa untuk kebutuhan hari raya. Dari alat transportasi untuk mudik, hingga barang-barang untuk buah tangan yang diperuntukkan kepada anggota keluarga di tempat asal. Barang-barang yang sering dikonsumsi untuk lebaran ada berbagai macam, dari sembako dan kue kering untuk hidangan hari raya, parzel untuk hantaran, juga terutama baju baru untuk hari raya. Selain itu jasa-jasa yang dikonsumsi pada saat hari raya juga tidak lebih sedikit daripada barang yang dikonsumsi, mulai dari transportasi untuk mudik, seperti rent car, travel, atau angkutan umum, kemudian penukaran uang baru untuk dibagi-bagikan pada anak-anak kecil, tempat-tempat peristirahatan, restaurant, bengkel, dan tempat rekreasi. Hal ini menambah daftar panjang perhitungan yang harus dikonsumsi masyarakat dalam rangka merayakan hari raya.
Ketupat Lebaran
Di Indonesia, ketupat dengan opor ayam sebagai pendampingnya seperti makanan wajib pada saat lebaran. Kata orang, lebaran atau hari raya Idul Fitri tidak lengkap tanpa adanya ketupat. Walaupun makanan pendampingnya terkadang berubah-ubah, tapi ketupat selalu ada.
Makanan yang berbahan dasar beras ini tidak jauh berbeda dari lontong. Perbedaannya hanya terletak pada bentuk dan bahan pembungkusnya, ketupat berbentuk prisma dan gemuk sedangkan lontong berbentuk persegi panjang dan lonjong, dan ketupat terbungkus dengan janur sedangkan lontong terbungkus dengan daun pisang, selain itu kedua makanan yang berbahan dasar beras ini tidak ada bedanya. Namun karena adanya pemberian makna yang berbeda, maka ketupat dibedakan dengan lontong dan diartikan sebagai makanan khas untuk hari raya. Awalnya ketupat mungkin tidak memiliki arti penting karena pada dasarnya sama saja dengan lontong yang biasa di makan sehari-hari atau sebagai pendamping bakso atau makanan jajanan lainnya. Namun, karena pemberian makna atau proses pencitraan pada ketupat tersebut maka hingga saat ini ketupat diartikan sebagai makanan khas untuk hari raya. Kondisi ini terus berlanjut, sehingga kebiasaan untuk menghidangkan ketupat saat lebaran menjadi sebuah tradisi baru yang sampai saat ini masih banyak orang melakukannya.
Totemisme merupakan asosiasi simbolik dari tanaman, hewan atau obyek-obyek dengan individu atau sekelompok orang pada masyarakat tradisional, dalam hal ini ketupat menjadi salah satu bentuk totemisme dalam masyarakat. Ketupat menjadi simbol dalam perayaan hari raya Idul Fitri, hal ini dapat dilihat pada saat hari raya ketupat dijadikan sebagai makanan yang harus selalu ada, dan dalam beberapa kartu ucapan selamat Idul Fitri kebanyakan tercantum gambar ketupat, atau beberapa tempat seperti pusat perbelanjaan atau toko-toko kecil lainnya akan memasang beberapa ornamen atau gambar ketupat dalam rangka merayakan hari raya dan disamping itu juga untuk menarik pelanggan.
Karena pemaknaan dan tradisi untuk memakan ketupat, maka membeli ketupat telah menjadi kegiatan konsumsi yang paling sering dilakukan oleh orang Indonesia setiap menjelang lebaran. Dari kalangan atas sampai kalangan menengah ke bawah membeli janur untuk membuat pembungkus ketupat sendiri, atau membeli pembungkus ketupat yang sudah jadi, atau mungkin langsung membeli ketupat yang sudah masak dan dapat langsung disajikan dan dimakan. Pada intinya, ketupat harus ada di meja saat hari raya Idul Fitri tiba.
Ketidakseimbangan
Selain karena tradisi, konsumsi massa pada saat hari raya juga dipengaruhi oleh faktor prestise dimana orang akan gengsi jika tidak membeli sesuatu yang sama dengan masyarakat pada umumnya, seperti baju baru untuk hari raya. Juga iklan-iklan yang menggiurkan agar konsumen tertarik untuk membeli walaupun hal itu sebenarnya tidak penting, misalnya dengan diskon besar-besaran setiap menjelang hari raya.
Konsumsi besar-besaran yang dilakukan oleh orang Indonesia ini sebenarnya tidak perlu dilakukan. Makna dari hari raya Idul Fitri sebenarnya adalah saling memaafkan dengan keluarga dan orang-orang terdekat kita agar hati kita menjadi bersih dari dosa-dosa yang pernah kita lakukan. Tidak perlu dirayakan secara besar-besaran dan serba mewah. Di tengah perekonomian Indonesia yang tidak pernah stabil ini, alangkah baiknya uang yang mereka miliki dipergunakan untuk mengkonsumsi sesuatu yang benar-benar mereka perlukan. Katanya miskin, tapi sanggup membeli tiket untuk pulang kampung seberapa jauh pun itu. Katanya tidak mampu membeli beras, tapi sanggup membeli baju baru untuk lebaran. Konsumsi untuk lebaran memang tidak perduli apakah dirinya memiliki uang atau tidak sebelum dan sesudah lebaran, bahkan menyekolahkan sertifikat rumah, berhutang, menjual sapi, atau yang lebih ekstrim tindak kejahatan semakin banyak dengan alasan untuk memenuhi kebutuhan lebaran.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar