Jumat, 14 Oktober 2016

Tetralogi Empat Musim (Ilana Tan)

Dulu pernah bercita-cita pengen punya perpustakaan kecil di rumah, berisi komik, novel, dan buku milikku pribadi. Sebagai penggemar baca dari kecil, waktu itu harus bisa puas dengan cuma pinjem komik, novel dan buku dari perpustakaan, baik perpustakaan berbayar, perpustakaan sekolah, bahkan perpustakaan kota. Sampe kuliah pun suka banget ke perpuskot buat cari bahan skripsi dan refreshing ngabisin waktu luang. Udah mau lulus punya janji sama diri sendiri, nanti kalo sudah kerja dan punya duit sendiri bakal dipake buat beli buku, minimal sebulan 1 buku. Dan ternyata lagi-lagi itu jadi impian, karena gaji yang gak seberapa harus bisa nutup segala cicilan dan kebutuhan lain, juga terlupakan dengan kebutuhan wanita dewasa yaitu tas, sepatu, kosmetik, dsb yang lebih menggiurkan hahaha. Walaupun kadang masih inget buat beli buku pas ada diskonan, tapi jarang banget.
Gak nyangka ternyata dapet suami pecinta komik, dan pengertian banget suka tiba-tiba beliin novel, bahkan langsung 1 set kayak Supernova dan Tetralogi Empat Musim ini.
Novel ini bener-bener enteng (bukan gak berbobot lhoyaa), bener-bener bisa buat refreshing dengan cerita-cerita romantisnya. Yang menarik gak cuma karena latar belakang cerita dari 4 musim yang berbeda, dan 4 kota besar nan romantis di dunia, tapi juga tokoh-tokoh yang di dalamnya yang saling berhubungan di 4 buku ini, walaupun tidak mempengaruhi alur ceritanya sehingga gak perlu kuatir kalo kamu belum baca buku yang lain. (Tapi lebih seru kalo kamu bisa baca berurutan dan keseluruhan 4 buku sih pastinya) . Kesamaan dalam buku-buku ini memiliki tokoh darah blasteran percampuran antara orang Indonesia dan orang luar negeri (ntah itu Korea, Jepang, dan Perancis).
Karena ringan dan punya cerita yang menarik, 1 buku cuma membutuhkan 2 hari buat bacanya, itupun sudah kepotong sama beberes rumah, masak, nyuci, dan ngurus suami hahaha kalo gak ngapa-ngapain bisa kali sehari abis sebuku 😅
Diawali dengan judul Summer in Seoul, saya jadi pengen tau Ilana Tan ini sebenernya umur berapa waktu itu, karena ceritanya disini bener-bener impian para k-pop lovers atau korean lovers banget (termasuk saya). Diceritakan seorang Sandy (darah Indonesia-Korea) yang harus pura-pura jadi pacar Jung Tae Woo, penyanyi terkenal di Korea. Ceritanya terlalu mudah ditebak, banyak drama bahkan mungkin fan-fiction yang berceritakan senada, seorang biasa dari pura-pura jadi pacar akhirnya saling jatuh cinta. Sebagai K-Lovers, kamu pasti pernah berandai-andai seperti ini sama bias kamu kan? Hahaha
Yang bikin seru ada konflik dari masa lalu yang sedikit menghalangi kisah cinta mereka. Walaupun menurut saya konflik ini terlalu dipaksakan dan sebenernya bukan masalah besar, dan bener aja ending-nya masalah itu seperti dipaksa buat terselesaikan (karena memang gak butuh penyelesaian).
Novel kedua berjudul Autumn in Paris, bercerita tentang Tara Dupont (Indonesia-Perancis), yang masih ada hubungan sepupu dengan Sandy, bertemu dengan Tatsuya Fujisawa. Dalam buku ini tergambar jelas bagaimana cerianya seorang Tara, sehingga kita bisa tau dan ikut merasakan kenapa Tatsuya bisa jatuh hati padanya. Kisah Tara yang malu-malu dan baru menyadari kalau dia juga jatuh hati pada Tatsuya juga romantis, bahkan mungkin kita bisa ikut merasakan kehangatan momen-momen mereka.
Konflik dalam buku ini sangat rumit, tidak ada jalan keluar. Justru karena kita sudah dibuai dengan kisah kasih mereka yang menyenangkan dan hangat, kemudian harus dihadapkan dengan konflik yang berat, saya sebagai pembaca sampe gregetan bahkan ikut berdoa agar ada jalan keluar dari konflik itu agar mereka tetap bisa bersatu. Tapi ya pembaca harus gigit jari karena konflik tersebut terlalu berat dan memang tidak ada jalan keluarnya. Buku ini bikin saya nangis bombay dan ikut nyesek sama ending-nya. 😢
Saya rasa kemampuan menulis Ilana Tan meningkat terus, dari cerita yang terlalu ringan hingga konflik yang semakin rumit, dan kisah yang semakin romantis. Di buku ketiga yang berjudul Winter in Tokyo ini cerita dan konflik semakin bagus, gak heran kalo sampe diangkat jadi film. Berkisah tentang Keiko (Indonesia-Jepang) yang memiliki tetangga baru yang bernama Kazuto, yang menempati bekas kamar Tatsuya. Perjalanan kisah mereka sangat alami, bahkan konfliknya pun tidak dipaksakan, sehingga penyelesaian konflik pun jadi alami dan menyenangkan.
Buku terakhir dari Tetralogi empat musim berjudul Spring in London, bercerita tentang Naomi, saudara kembar Keiko, yang harus bekerja sama dengan Danny Jo dalam video musik Jung Tae Woo, sahabat Danny. Di buku ini saya sering senyum-senyum sendiri, karena mengingatkan kisah saya sama suami hahaha (yee dimirip-miripin). Perjuangan Danny untuk mendekati Naomi yang kurang suka berdekatan dengan laki-laki, karena traumanya. Pendekatan alami tapi hangat, gak heran Naomi juga merasakan kehangatan itu dan mulai membuka hatinya.
Konfliknya cukup berat disini, jika di posisi Naomi tidak mudah menghadapi trauma masa lalunya. Tapi mereka berdua bisa menyelesaikannya walaupun butuh waktu, dan ending-nya gak bikin nyesel.

Begitulah kira-kira pendapat pribadi saya tentang Tetralogi Empat Musim milik Ilana Tan ini. Berusaha gak spoiler tentang konflik-konfliknya yang bikin makin seru bacanya. Yang jelas semuanya romantis dan menarik sebagai bacaan ringan di sela waktu luangmu.

1 komentar:

Pengalaman Melahirkan Anak Kedua dengan Metode ERACS

 Beberapa hari sebelum lahiran, ada video viral seorang artis yang mengaku 2 jam setelah melahirkan secara C-section sudah bisa duduk, 4 jam...