Jumat, 20 Maret 2009

BANJIR


Di Indonesia, banjir adalah suatu peristiwa yang selalu terjadi selama musim penghujan berlangsung. Puluhan hingga ratusan rumah dari berbagai kota terendam banjir hingga beberapa hari lamanya. Seperti yang dapat dilihat dari berbagai media akhir-akhir ini atau lingkungan sekitar yang mengalami banjir, berbagai kota masih mengalami banjir dan warga masih banyak yang tinggal di berbagai posko pengungsian untuk berlindung dari banjir, seperti pada kota Jakarta, Solo, Ngawi, Bojonegoro, Pasuruan, Surabaya, Tuban, Lamongan dan kota yang lain. Dalam pembahasan tentang banjir ini maka terlebih dahulu perlu diketahui apakah banjir itu, bagaimana terjadinya banjir, siapakah yang terkena dampak banjir, dan apa dampak banjir bagi kehidupan masyarakat yang terkena banjir dan masyarakat luas.

Banjir
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia disebutkan bahwa banjir adalah (1) air yang banyak dan mengalir deras, (2) peristiwa terbenamnya daratan (yang biasanya kering) karena volume air yang meningkat. Sedangkan banjir bandang adalah banjir besar yang datang dengan tiba-tiba dan mengalir deras menghanyutkan benda-benda; air bah.

Terjadinya Banjir
Banjir merupakan kejadian alam yang sering terjadi pada musim penghujan, terutama pada wilayah yang terletak di dekat khatulistiwa, sehingga musim hujan terjadi dalam kurun waktu yang panjang. Namun banjir tidak sepenuhnya merupakan kejadian alam yang terjadi begitu saja, tetapi juga ada beberapa hal yang mendukung terjadinya banjir tersebut, salah satunya adalah ulah manusia sendiri.

Salah satu penyebab banjir adalah aliran air permukaan (runoff), yang terjadi karena tanah sudah tidak mampu menyerap air hujan lebat
[1]. Hal ini dapat dikarenakan lahan resapan air yang ada di kota tersebut sangat sedikit, sehingga saat curah hujan tinggi tidak ada lahan yang dapat menyerap semua air hujan tersebut. Lahan-lahan resapan air tersebut saat ini semakin sedikit karena banyak lahan yang digunakan untuk bangunan-bangunan, baik untuk perkantoran, perumahan, atau ruko. Pemilik modal tidak sepenuhnya bertanggungjawab atas penyimpangan pemanfaatan lahan resapan air ini, tetapi pemerintah daerah yang memberikan ijin untuk melakukan pembangunan tanpa memperdulikan dampaknya juga turut bertanggung jawab.
Hutan atau taman-taman kota juga memiliki peranan penting dalam pencegahan banjir, pohon-pohon besar dan tanaman yang berada disekitarnya membantu proses infiltrasi sehingga air hujan dapat diserap ke dalam tanah dan dijadikan cadangan air saat musim kemarau
[2]. Sedangkan saat ini tidak banyak pohon yang tumbuh di perkotaan untuk membantu penyerapan air hujan, dan pohon di hutan banyak yang ditebang oleh penebang liar. Selain lahan resapan air yang semakin sedikit, saluran yang ada untuk mengalirkan air hujan lebat, baik got, gorong-gorong, dan Saluran Banjir Kanal, tidak mampu menahan volume air yang banyak. Hal ini dapat dikarenakan saluran air yang ada semakin sempit atau semakin kecil, sehingga tidak dapat menampung air hujan yang banyak. Tidak hanya penyempitan, tetapi karena banyaknya sampah yang dibuang oleh masyarakat sekitar pada saluran air tersebut, sehingga terjadi penyumbatan saluran air yang mengakibatkan air hujan tidak dapat mengalir dengan semestinya, air yang tersumbat tersebut kemudian meluap dan membanjiri pemukiman disekitarnya. Banyaknya bangunan liar yang berada di pinggiran sungai juga dapat mempersempit volume saluran drainase, jika hujan, sungai tidak bisa menampung air yang kemudian akan meluber ke pemukiman tersebut.
Selain itu dapat disebabkan ketidakmampuan bendungan untuk menampung air hujan saat curah hujan tinggi. Bendungan kurang besar atau konstruksinya yang kurang kuat untuk menahan air berlebih dapat menjadi pemacu terjadinya banjir. Akibat dari erosi, banyak tanah dari lapisan atas akan hilang dan ikut terangkut arus ke daerah-daerah yang lebih rendah dan terjadilah sedimentasi yang dapat mendangkalkan waduk-waduk, bendungan, dan sungai-sungai, sehingga kapasitas daya tampung dari saluran irigasi tersebut menjadi lebih kecil yang akhirnya dapat menimbulkan banjir walaupun curah hujan normal
[3].
Banjir air laut juga merupakan salah satu jenis banjir yang ada di Indonesia. Tidak seperti banjir sungai, banjir laut justru airnya bergerak ke daratan dan dapat mencapai ketinggian berkisar 3-5 meter. Banjir pasang ini akan selalu berulang pada saat perigee (posisi bulan terdekat dengan bumi)
[4], juga dapat terjadi apabila volume air laut meningkat. Seharusnya waktu terjadinya dapat diperkirakan, namun jika berlangsungnya pasang air laut (rob) dan curah hujan tinggi bersamaan maka daerah pesisir dan daerah-daerah sekitar yang tergenang air akan mengalami kerusakan yang fatal.

Dampak banjir
Masyarakat yang berada di wilayah yang mengalami banjir pasti sangat merasa dirugikan jika banjir melanda daerahnya, aktivitas masyarakat yang biasanya dilakukan menjadi terhenti, rusaknya sarana prasarana, infrastruktur, pemukiman, sarana kesehatan dan pendidikan juga sarana transportasi, selain itu juga berpengaruh pada tingkat kesejahteraan di semua elemen masyarakat. Kegiatan pendidikan terganggu karena beberapa sekolah terendam banjir, ada beberapa sekolah yang masih melakukan kegiatan belajar mengajar walaupun dengan keadaan yang seadanya, dengan tempat terbatas dan tidak nyaman, juga pakaian murid dan guru yang tidak biasa dipakai, sedangkan beberapa sekolah yang lain memutuskan untuk meliburkan kegiatan belajar mengajar. Saat sekolah libur karena banjir, anak-anak mempergunakan waktu luang mereka untuk bermain dan berenang di sekitar rumah mereka yang sudah menjadi kolam renang yang besar dan luas. Jika air yang tidak bersih dan sudah tercampur dengan limbah rumah tangga dan kotoran lain ini ikut tertelan pada saat anak-anak berendam, maka dapat membuat anak-anak tersebut sangat rawan penyakit, seperti muntaber, kolera, flu, atau masuk angin karena terlalu lama berendam di air. Keterbatasan air bersih juga menjadikan semakin banyaknya orang yang sakit, karena masyarakat mencuci baju dan peralatan makan bahkan mandi dari air banjir yang ada di sekeliling mereka.
Selain itu, sektor perekonomian juga terkena dampak dari banjir tersebut. Beberapa orang yang terkena musibah banjir tidak dapat bekerja, beberapa usaha atau pabrik terancam tutup karena tidak dapat membuka usahanya saat banjir dan bahkan mengalami kerugian karena beberapa barangnya terendam banjir
[5]. Hal ini berlanjut pada masyarakat luas walaupun yang tidak mengalami banjir, karena jika jalannya perekonomian di salah satu daerah terhenti dapat mempengaruhi keseluruhan sektor ekonomi, terutama perdagangan. Beberapa investor, baik dari dalam maupun luar negeri, juga akan berpikir dua kali untuk mewujudkan investasinya di Indonesia jika setiap tahunnya banjir memberikan kerugian pada sektor industri. Akhirnya perekonomian negara pun terusik, terutama jika permasalahan banjir ini tidak segera di atasi, maka negara harus terus mengeluarkan biaya ratusan juta rupiah setiap tahunnya untuk membantu daerah yang terkena banjir dan menutupi kerugian yang telah ditimbulkan musibah banjir tersebut.
Selain manusia, mahluk hidup yang lain juga merasakan dampak dari banjir. Banjir run off juga menyebabkan erosi lahan, yang kemudian dapat menyeret beribu-ribu telur ikan yang biasanya menempel pada tanah pinggir sungai, bahkan ikan yang berada di sungai tersebut juga dapat terseret arus sungai yang deras karena banjir
[6]. Selain itu air sungai yang bercampur dengan lumpur, sampah, dan kotoran lain, seperti bahan kimia dan limbah rumah tangga yang ikut tercampur ke dalam air banjir, dapat mencemari sungai yang merupakan tempat hidup beberapa mahluk yang hidup di air, yang kemudian hal ini dapat mengganggu ekosistem yang ada di air, yang kemudian hal ini berlanjut pada mahluk hidup lain yang berada pada satu sistem rantai makanan.

Analisa di Indonesia
Ibu kota terendam banjir merupakan cerita yang selalu terdengar setiap tahunnya, jutaan rumah terendam, jalanan semakin macet karena sudah berubah menjadi lautan kecil, berbagai aktivitas masyarakat terhenti, dan bandara Soekarno-Hatta sulit ditempuh karena kendaraan sulit melewati tingginya air. Banjir di Jakarta dapat disebabkan daya serap tanah yang sudah tidak mampu lagi menyerap air hujan lebat, kemungkinannya karena semakin sedikitnya lahan resapan air di kota metropolitan tersebut dan ditambah dengan banjir kiriman dari Bogor yang semakin menambah volume air banjir. Banjir runoff yang terjadi di Jakarta ini juga dapat disebabkan saluran air lingkungan yang ada, baik got, sungai, dan Saluran Banjir Kanal Timur (BKT) atau Banjir Kanal Barat (BKB), sudah tidak mampu lagi menahan banjir bila curah hujan tinggi, namun saluran air lingkungan tersebut dapat mengurangi efek banjir.
Banjir Bengawan Solo dan Jawa Timur, disebabkan karena luapan air sungai Bengawan Solo saat curah hujan tinggi, akibatnya daerah di sekitar Bengawan Solo dan sepanjang aliran anak-anak sungai Bengawan Solo terendam luapan air tersebut. Luapan air juga dipicu oleh ketidakmampuan bendungan Gajahmungkur untuk menampung air hujan lebat yang terjadi beberapa hari, yang dapat dikarenakan kurangnya perawatan pada konstruksi bendungan. Begitu juga yang terjadi di Surabaya, sungai Brantas yang bermuara di Surabaya dan Porong dapat meluap, apalagi lumpur Lapindo Sidoarjo yang dialirkan ke sungai Brantas dapat mendangkalkan sungai yang berakibat semakin kecilnya kapasitas sungai untuk menerima air hujan. Selain itu pemukiman liar yang berada di pinggiran sungai juga merupakan penyebab banjir. Pemukiman tersebut dapat mempersempit volume drainase sungai, sedangkan warganya sering membuang limbah rumah tangganya langsung ke sungai, akibatnya sampah menumpuk di sungai bahkan menjadi daratan baru di sungai yang semakin memperkecil kapasitas volume air hujan yang dapat diterima sungai tersebut. Beberapa daerah di Jawa Timur juga ada yang mengalami banjir karena memang berada pada daerah dataran rendah yang rawan banjir, namun sebenarnya banjir dapat dicegah bila saluran air lingkungan yang ada berjalan dengan baik, tidak tersumbat dengan sampah atau semakin dipersempit untuk memperbesar rumah dan jalan.
Di kota Malang sendiri, pada beberapa daerah, terutama di kawasan pemukiman pinggiran sungai Brantas dan sungai-sungai kecil lainnya, mengalami banjir yang dikarenakan luapan air sungai tersebut, baik karena pemukimannya dan sampah yang dihasilkannya. Selain itu, seperti yang terjadi di jalan Veteran yang sering banjir jika hujan turun, disebabkan lahan resapan air yang telah berubah fungsi menjadi pusat perbelanjaan atau bangunan-bangunan lainnya pada daerah yang lain. Sedangkan pada area pemukiman atau perumahan, seperti Perumnas Sawojajar, banjir sering terjadi disebabkan sempitnya saluran air atau got yang ada di sekitar rumah dan jalan, ditambah lagi dengan tidak lancarnya aliran air pada saluran tersebut.

Saran
Banjir dapat dicegah dan di atasi dengan berbagai cara, asalkan seluruh pihak dapat bekerja sama dalam kegiatan tersebut. Untuk mencegah banjir dapat dilakukan reboisasi atau penghijauan/ penanaman kembali tanah yang mengalami penggundulan dan pemeliharaan lahan resapan air, sehingga saat musim penghujan, pohon-pohon yang berada di hutan dan taman kota dapat menyerap air hujan secara maksimal. Pemerintah daerah dapat memperbaiki konstruksi bendungan atau tanggul yang rusak dan lebih diperkuat, agar dapat menahan air yang akan semakin banyak saat hujan tiba. Selain itu, perlu dilakukan pemeliharaan dan perbaikan pada saluran air dan saluran banjir, sehingga air banjir dapat dialihkan pada saluran-saluran tersebut tanpa perlu menggenang pemukiman penduduk.
Masyarakat juga harus melakukan tindakan pencegahan dari hal yang paling kecil sekali pun, misalnya dengan membuang sampah pada tempatnya agar tidak menyumbat saluran air yang ada, kerja bakti membersihkan saluran air, melaksanakan kegiatan 3M (menguras, menutup dan menimbun) benda-benda yang dapat menjadi sarang nyamuk, dan menyediakan bak penyimpanan air bersih
[7]. Bagi para orangtua dapat menjaga anak-anaknya dan memperingatkan agar tidak terlalu lama berendam di air banjir yang kotor, sehingga kesehatan anak dapat dijaga.
Jika banjir terjadi, maka hal yang perlu di lakukan adalah mengevakuasi keluarga ke tempat yang lebih tinggi, mematikan peralatan listrik/sumber listrik, mengamankan barang-barang berharga dan dokumen penting ke tempat yang aman, ikut mendirikan tenda pengungsian, pembuatan dapur umum, dan terlibat dalam pendistribusian bantuan sehingga dapat mempercepat proses pertolongan pada korban banjir yang lain, mengusulkan untuk mendirikan pos kesehatan, dan menggunakan air bersih dengan efisien. Setelah banjir reda maka masyarakat dapat membersihkan tempat tinggal dan lingkungan rumah, melakukan pemberantasan sarang nyamuk (PSN), ikut terlibat dalam kaporitisasi sumur gali dan dalam perbaikan jamban dan saluran pembuangan air limbah (SPAL)
[8].
Dengan kondisi alam yang kurang menentu dan bencana banjir yang hampir tiap tahun terjadi, maka masyarakat Indonesia perlu lebih waspada banjir dan ikut bekerja sama dalam proses pencegahan dan juga bisa tanggap saat menghadapinya. Bagi pemerintah daerah dalam pembuatan kebijakan, maka perlu didasari untuk kesejahteraan rakyat dan tidak melupakan untuk menyejahterakan dan mencintai lingkungan alam yang sehat. Jika seluruh manusia memperlakukan lingkungan alam dengan baik, maka alam juga akan memperlakukan manusia dengan baik pula.
DAFTAR PUSTAKA

Departemen Pendidikan Nasional. 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia, edisi Ketiga. Jakarta: Balai Pustaka.

Artikel dari Internet:
Anonymous. 2008, Februari 8. Mewaspadai Dampak Banjir. Retrieved 27 Februari 2009. From berita sore:
http://beritasore.com/2008/02/08/mewaspadai-dampak-banjir/

Anonymous. Banjir. Retrieved 27 Februari 2009. From Wikipedia:
http://id.wikipedia.org/ wiki/banjir

Michael A. Summerfield. 1993-2005. Flood Control. Retrieved 26 Februari 2009. From Microsoft Encarta 2006.

Harya Bimo. 2007, Januari 02. Tips Menghadapi Banjir. From depkes:
http://www.ppk-depkes.org/index.php?option=com_content&task=view&id=195&Itemid=41

La An. 2008, April 7. Faktor Penyebab banjir(2): Perubahan Lingkungan. Retrieved 27 Februari 2009. From wordpress:
http://mbojo.wordpress.com/2008/04/07/faktor-penyebab-banjir-2-perubahan-lingkungan/

Rovicky. 2008, Januari 9. Banjir Jakarta, Banjir Solo, dan Banjir Pinggir Pantai. Retrieved 27 Februari 2009. From wordpress:
http://rovicky.wordpress.com/2008/01/09/ banjir-jakarta-solo-pantai/
[1] Rovicky. 2008, Januari 9. Banjir Jakarta, Banjir Solo, dan Banjir Pinggir Pantai. Retrieved 27 Februari 2009. From wordpress: http://rovicky.wordpress.com/2008/01/09/banjir-jakarta-solo-pantai/
[2] La An. 2008, April 7. Faktor Penyebab banjir(2): Perubahan Lingkungan. Retrieved 27 Februari 2009. From wordpress: http://mbojo.wordpress.com/2008/04/07/faktor-penyebab-banjir-2-perubahan-lingkungan/
[3] Ibid.
[4] Rovicky, op. cit.
[5] Anonymous. 2008, Februari 8. Mewaspadai Dampak Banjir. Retrieved 27 Februari 2009. From berita sore: http://beritasore.com/2008/02/08/mewaspadai-dampak-banjir/
[6] Michael A. Summerfield. 1993-2005. Flood Control. Retrieved 26 Februari 2009. From Microsoft Encarta 2006.

[7] Harya Bimo. 2007, Januari 02. Tips Menghadapi Banjir. From depkes: http://www.ppk-depkes.org/index.php?option=com_content&task=view&id=195&Itemid=41
[8] Ibid.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pengalaman Melahirkan Anak Kedua dengan Metode ERACS

 Beberapa hari sebelum lahiran, ada video viral seorang artis yang mengaku 2 jam setelah melahirkan secara C-section sudah bisa duduk, 4 jam...