Kamis, 07 Juni 2018

Kampung Warna-Warni, Jodipan

Cari wisata murah kekinian di Malang, cuss lah ke Kampung Warna-Warni Jodipan. Walaupun sudah dibuka sejak 2016, tapi pasti orang Malang sendiri banyak yang belum pernah kesini, kami salah satunya. Alasannya? Ya rame. Gak pernah sepi pengunjung disini walaupun kami kesana sore berharap agak sepi.
Kampung Jodipan sudah ada dari dahulu kala (?) Gak tau tepatnya sih, yang jelas rumah-rumah bertumpuk dipinggiran sungai brantas ini sudah ada sejak aku datang ke Malang 😅 Dan menjadi kampung warna-warni sejak 2016 dan dibuka untuk umum sebagai tempat wisata, yang kemudian viral dan menjadi salah satu kebanggaan kota Malang tentunya.
Sebetulnya kami parkir di kampung yang terletak dibagian utara, dekat dengan rel kereta api. Ternyata itu Kampung Tridi (3D), dan kami baru tau setelah mau pulang. Memang Kampung Warna-warni juga biasa disebut kampung tridi, tapi ada pembagian wilayah sepertinya. Tiket masuknya pun berbeda. Ketika parkir di kampung tridi kami ditarik tiket 4 ribu/orang sudah termasuk parkir motor, dan uniknya kami dapet 2 souvenir gantungan kunci lucu. Saat melewati jembatan dan masuk ke kampung warna-warni di bagian yang lain kami ditarik tiket lagi 3 ribu/orang. 
Karna keterbatasan waktu juga, kami cuma foto-foto sebentar di kampung tridi. Mungkin kalo masuk lebih dalam ke kampungnya banyak spot foto bagus lainnya. Kami waktu itu juga 'sungkan' sama warga kampung yang mungkin mengadakan kegiatan kerja bakti karena terlihat banyak orang bersih-bersih di kampung. Jadi kami langsung menyeberang ke kampung warna-warni melalui jalan raya.
Si bapak akhirnya ngerasain juga jadi orang yang suka dia nyinyirin kalo lagi foto di atas jembatan di pinggir jalan raya begini. "Pasti bukan orang Malang", katanya. 😂 iyain ajadeh, sekarang kita dari luar kota yess.
Dari awal masuk udah banyak spot foto lucuk dong di mari. Pengen rasanya di setiap sudut dipake buat foto, apadaya si bocah gak terkendali tingkahnya karena liat tangga naik turun. 
Lumayan engap sih naik turun tangga yang buanyaakk banget, apalagi sambil gendong bayik 10 kilo karena tangan Pabeb sakit dan gak bisa gendong. 😤
Ada jembatan kaca juga yang harus banget foto disini kalo lagi ke kampung warna-warni. Naik pun napas semakin putus-putus. 😅 Lumayan tingginya coyy. Buat yang phobia ketinggian macem aku, lumayan juga kaki mendadak lemes liat kebawah keliatan sungai Brantas dibawah kaki.
Banyak yang tanya, "kok sepi?", "pagi banget ini pasti kesananya". Hellooowww ini sore, bahkan menjelang maghrib, dan sebenernya ini rame banget di sisi lain jembatan a.k.a dibelakang yang moto. Pinter-pinternya kita aja yang nungguin moment sepi buat foto.
Banyak banget sebenernya gambar-gambar bagus di dinding macem ini, dan spot foto lain di dalem kampung. Walaupun beberapa sudah mulai pudar dan berdebu, tapi masih bagus buat spot foto. Tapi seperti yang kubilang tadi, sudah menjelang maghrib dan waktunya buka puasa jadi kami cepet-cepet pulang. Yaa mungkin lain kali bisa kesini lagi.

Dibuang sayang

Wajah lelah emak-emak yang megangin bocah yang tingkahnya mulai tak terkendali.
Jeprat-jepret yang banyak

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pengalaman Melahirkan Anak Kedua dengan Metode ERACS

 Beberapa hari sebelum lahiran, ada video viral seorang artis yang mengaku 2 jam setelah melahirkan secara C-section sudah bisa duduk, 4 jam...