Disclaimer: Sebetulnya kami ke Singapura tanggal 6-10 Maret 2020 (bulan kemarin), baru posting karena adanya trust issues, yang kuatirnya pada nyinyir kok ke negara yang statusnya orange, nanti bawa virus Corona, dsb. Jadi kami setelah dari sana melakukan social-distancing atau self-quarantine selama lebih dari 14 hari, dan ternyata Alhamdulillah kami tidak menunjukkan ciri-ciri orang yang terkena virus corona. Sempat batuk pilek (tanpa demam) tapi mungkin karena kecapean, dan gak sampai seminggu sudah sembuh sendiri. Alhamdulillah hingga saat ini (sudah sebulan berlalu) kami masih sehat walafiat.
Karena isu virus Corona dan status Singapura yang menjadi orange, kami emang maju-mundur untuk berangkat. Tapi tiket PP, hotel, penginapan, dan beberapa tiket tempat wisata udah kebeli semua, sayang banget kalo duit belasan yuta itu hangus 😭. Ya mungkin untuk beberapa orang akan beropini, "mending gak berangkatlah, daripada nyawa taruhannya, duit bisa dicari lagi". Tapi bagi kami duit segitu ya gak sedikit 😅 ngumpulinnya gak bisa sebulan-2 bulan yess.
Jadi kami memutuskan untuk tetap berangkat ke Singapura, dengan catatan seminggu sebelumnya minum vitamin, jaga kesehatan, bawa masker dan handsanitizer, vitamin pun masih dibawa dan dilanjutkan minum disana. Kami tidak meremehkan, tetap ikhtiar, doa dan waspada.
Dari keluar rumah rasanya deg-degan terus, walaupun udah seminggu doa terus setiap habis sholat supaya dilancarkan perjalanannya, tapi kami bener-bener gak tau apa yang bakal terjadi disana karena isu virus corona ini. Bahkan sampe duduk di pesawat pun aku dan Pabeb masih saling tanya, "kita jadi berangkat nih?" 😂 sambil ketawa bareng, padahal masih dag-dig-dug.
Namanya bocah, gak betah disuruh pake masker |
Landing di Bandara Changi, baru percaya "udah beneran di Singapura nih kita?" 😂😂😂.
Keluar dari pesawat udah disambut dengan thermo-scanner, yang pake topi supaya dilepas agar terdeteksi dengan benar, sedangkan anak-anak diukur sendiri suhu tubuhnya dengan thermo-gun.
Ada kejadian lucu waktu saling tunggu gantian ke kamar mandi. Ada seorang mbak-mbak berjilbab menghampiriku dan bertanya, "sorry miss, where is Eii Delapan Belas?" sambil menunjukkan tiketnya yang ada tulisan "A-18". 🤭 Aku buka maskerku agar terlihat kalo kami sesama orang Indonesia, gak perlu sungkan dan gak perlu pake bahasa Inggris yang dicampur bahasa Indonesia. Setelah aku tunjukkan pintu A-18 pake bahasa Indonesia, dia bilang "ooo disitu ya mbak, makasih". 😁 Ketemu sama orang yang sebahasa di negara orang aja udah seneng banget lho aku, sereceh itu. 🙈
Sangking bagusnya Changi Airport, sibuk poto-poto sampe gak tau kalo sebelum keluar melalui Imigrasi kita harus ngisi form putih yang tersedia di pinggir-pinggir dekat dinding.
Sok-sokan langsung ke bagian Imigrasi tanpa bawa form sampe ditanyain petugas Imigrasi, "orang Singapore? Atau ada saudara disini? Mana form putihnya?" (kebetulan petugasnya orang melayu). Setelah sadar baru deh balik lagi ambil formnya dan diisi.
Form berisi data diri kita orang asing yang masuk ke negara Singapura. Kalo gak bisa bahasa inggris tenang aja, disitu juga disediakan terjemahan form dalam berbagai bahasa, kita tinggal lihat terjemahan dengan bahasa melayu yang masih mirip-mirip sama bahasa Indonesia.
Nama, Nomor Paspor, Tempat Tinggal, Tempat Tinggal di Singapura (biasanya nama hotel, tapi karena kami tinggal di apartemen jadi kami tulis alamat apartemennya), Dari Kota mana, Akan Ke Kota mana (mungkin bagi yang masuk Singapura untuk negara transit aja, karena kami memang tujuannya cuma ke Singapura jadi ya ditulis dari JAKARTA, setelah dari Singapura ke JAKARTA.)
Setelah semua terisi, baru deh lewat bagian Imigrasi untuk diperiksa form yang sudah diisi tadi, paspornya, kemudian cap dua jempolnya. Untuk yang bawa anak biasanya diminta untuk digendong karena pegawai Imigrasi ingin lihat jelas muka anaknya sama gak dengan poto yang ada di paspor.
Keluar dari Imigrasi kita akan dikasih sobekan formnya, dan harus disimpan selama kita masih ada disana.
Oiya, yang beda di tahun 2020 ini ada jalur khusus untuk pendatang yang dari atau transit di negara-negara tertentu terkait pandemic virus Corona atau Covid-19. Bagi pendatang dari negara China, Iran, Italy, dan Korea Selatan (ataupun sempat transit dari negara tersebut), harus melalui jalur khusus di Imigrasi, yang mungkin akan di tes kesehatannya dan lain-lain.
Setelah keluar dari Imigrasi kami menuju ke terminal 1 sambil nyoba ngambil uang di ATM.
Jadi ceritanya sebelum kami ke Singapore sengaja bikin akun bank Jenius yang lagi rame kekinian, karena memang beberapa fungsi yang disediakan untuk mempermudah di luar negeri. Emang gampang banget fitur-fitur di aplikasinya, kita bisa cek kurs mata uang, kalo udah cocok bisa langsung tukar mata uang yang ada di tabungan jadi mata uang negara yang dipengen, kemudian bisa ditarik di ATM di negara tujuan, bahkan juga bisa dipake untuk kartu transportasi di Singapura. (Gak endorse ya ini, tapi emang kebantu banget)
Kami gak bawa dollar Singapura sepeser pun, semua duit udah dituker ke Dollar Singapura tapi masih di kartu debit. Pas mau ambil di ATM bandara, eh gak bisa dong, kesalahan Pabeb sih gak usah dicritain nanti dia malu 😂😂😂.
Berkali-kali ganti ATM tetep gak bisa keluar tu duit, panik karena semua duit disana. Aku mencoba tenang, "udahlah yuk ke Jewel Changi dulu, kita udah sejam stuck disini ngabisin waktu."
Pabeb masih panik, bingung gak bisa ke hotel karena gak ada duit sepeser pun. Ya nanti dipikir lagi, sekarang jalan dulu ke Jewel yang masih jauh tempatnya, kubilang.
Jewel Changi letaknya berada di terminal 1, jadi kalo pesawat kalian turun di terminal 2 atau terminal 3 seperti kami, tinggal cari aja jembatan penghubung ke terminal 1 yang cuma berjarak 5-10 menit jalan kaki (tenang ada eskalator jalan juga kok biar gak capek banget). Kalo turunnya di terminal 4 ada shuttle bus gratis untuk ke terminal 1.
Letak Jewel Changi paling ujung kiri, jadi kalo keluar dari kedatangan cari aja jalan ke kiri terus sampe mentok, nanti baru kelihatan petunjuk arahnya. Jembatan menuju Jewel Changi juga lumayan ya, walaupun ada eskalator jalannya juga.
Pas udah kelihatan air terjunnya, MasyaaAlloh awww cakeup banget 😍.
Setelah puas menikmati indahnya Jewel Changi, kami bersiap untuk ke hotel. Pengennya masih menjelajahi Jewel Changi dari berbagai lantai, tapi Pabeb udah gak santai pengen nyoba ngambil duit lagi di ATM. Pas udah nyoba ngambil ATM lagi, bisa keluar dong duitnya. Padahal dari awal aku udah nebak kesalahannya apa, tapi gak digubris 😑.
Kami lebih memilih pakai Grab untuk menuju ke hotel karena belum tau situasi. Biaya sekitar $20 SGD dari Changi ke hotel kami yang ada di Orchard Rd. Sebenarnya ada shuttle bus dan stasiun MRT langsung dari Changi, letaknya di dekat lift menuju Jewel, nanti ada tanda Train to City dan Bus to City.
Perjalanan menuju hotel lumayan macet kayak di Jakarta. 😑 Kami tiba di hotel sekitar pukul 7 sore, tapi matahari masih terang banget. Belum terbiasa sama perubahan waktunya yang ternyata waktu sholatnya juga otomatis beda.
Hari pertama kami menginap di hotel dulu, karena rencananya memang baru menginap di apartemen bareng tante Intan dan Om Timur besok, karena mereka datangnya besok. Kami emang berangkat duluan dari rencana, dan juga karena kami pake diskonan dengan paket tiket pesawat + hotel.
Ruangan hotelnya kecil, tapi penempatannya pas, memang memanfaatkan space dengan sebaik mungkin jadi masih terasa nyaman. Di lantai 25 dan kamar mandinya bisa lihat keluar dong, cakeup abeeiiss.
Abis sholat dan puas gegoleran, kami keluar cari makan sambil menjelajah Orchard Road.
Sempet bingung cari makan apa, karena gak cuma cari yang murah ya tapi yang halal. Paling gampang ya makan di ayam-ayaman kayak kf* dan m*d, tapi gak ada menu nasi dong. Jadi kebanyakan pake menu kentang goreng atau mashed potato, sebenernya kalo kami berdua aja gak masalah, tapi si bocah kan Indonesia banget ya jadi makannya harus pake nasi. Ada ayam-ayaman yang sedia menu nasi yaitu JollyBe*, tapi ternyata mahal. 😭 Intinya kalo ke franchise yang udah terkenal itu sekali makan bisa abis $50 SGD, padahal kami budget makan $10-20 SGD sekali makan.
Pas jalan di Orchard Rd eh lihat ada tulisan gede banget "Asian Food Court" di basement Lucky Plaza, bersyukur banget ternyata banyak makanan murah disana. Rata-rata harganya $4 SGD/menu, lumayan murceee kaan.
Saat pilih makanan, kami lihat semua menunya satu-satu di setiap resto, karena sempet lihat nama stannya Chicken blablabla tapi gambar babinya lebih gede daripada gambar menu ayamnya. 🤦♀ Walaupun gak ada tulisan halal, paling engga kami cari yang dalam satu stan cuma menyediakan menu sapi dan ayam. Oiya, disana juga ada penjual nasi padang sih, dan ada penjual yang sudah menempelkan tulisan "No Pork, No Lard" di depan stannya.
Setelah makan jalan-jalan lagi. Di Orchard Road ini mall-mall berjejer-jejer, kayaknya gak mungkin abis dalam sehari buat muterin tu mall segitu banyak. Satu mall aja gede banget, gak tinggi, tapi basementnya banyak 😭. Udah gitu minder aja masuk mall yang tokonya barang-barang branded yang gak kebeli 😂 bisa sih beli, tapi terus gak makan sebulan. 😂😂😂
Kebiasaan ya nunggu sholat dulu baru keluar, kalo di Indonesia mah masih sore banget walaupun nunggu maghrib. Kalo disini, setelah sholat kami baru keluar jam setengah 9 malam, padahal resto dan toko-toko banyak yang mulai tutup jam 9-10 malam. Alhasil baru masuk mall, eh udah pada beberes toko-tokonya, sediih 😭.
Pas jalan-jalan di Orchard Road menuju
hotel, lihat stan es krim yang rame banget. Langsung inget, Ohh ini nih
es krim yang terkenal khas Singapura dan khas Orchard Road.
Harga
Uncle Ice Cream ini $1,2 SGD (murcee kan), bisa pilih pake roti atau
cone. Enak banget yawlaa, gak boong. 🤤 Yaiya, es krimnya yang dipotong
merk walls. Harus cobain es krim ini kalo lagi jalan-jalan ke Orchard
Road, karena konon katanya kontrak franchise Uncle Ice Cream ini gak
bisa diperbaharui atau diturunkan ke orang lain, jadi kalo si uncle
sudah meninggal ya sudah gak jual lagi. (CMIIIW ya..aku sempat baca di
artikel) Waktu lewat Orchard Rd juga cuma nemu 2 stan di kaki lima ini,
penjualnya pun sudah tua. Ntah memang sudah tinggal sedikit yang jual
atau memang sudah terlalu malam sih 😅 salah satunya juga udah mulai
beberes untuk tutup.
Duduk bentar lurusin kaki mumpung si bocah tidur |
Akhirnya kami keluar mall. Karena masih ngerasa baru sebentar jalan-jalannya, kami cuma menyusuri Orchard Road dari ujung ke ujung. Sempat bingung karena untuk menyeberang, walaupun jaraknya deket pun harus lewat basement penyeberangan. Sedangkan kami bawa stroller, kalo masih pake eskalator masih bisa, pas naik turun tangga ya ampun perjuangan 😑. Ipo juga udah mulai ngantuk, jadi agak rewel dan gak mau jalan sendiri. Yang ternyata ada lift khusus untuk penyandang disabilitas, orang tua, juga yang bawa stroller bayi, cuma kami belum tau saat itu, jadilah bersusah payah ngangkat stroller yang masih ada Ipo diatasnya naik turun tangga.
Amazed banget sih karena antar mall dan antar jalan semua terhubung di bawah tanah, kalo mau pindah mall atau nyebrang jalan semua lewat bawah tanah yang juga gabung sama stasiun MRT.
Balik hotel, tidoorr, besok lanjut lagi jalan-jalannya karena belum puas explore mall nya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar