Senin, 18 Februari 2019

Kami Pejuang "Speech Delay"

Beberapa minggu ini mendadak sibuk banget bolak-balik RS, baru bisa cerita sekarang. Bulan November lalu, saat ada jadwal vaksin difteri booster kami sudah mulai tanya-tanya ke dokter spesialis anak langganan. "Kok Ipo belum ada tanda-tanda ngomong ya dok?" Dan jawabannya, "dilatih sendiri dulu aja bu, sering diajak ngobrol dan latihan sensor motoriknya seperti merangkak lagi. Nanti kalo sudah 2 tahun baru diperiksa lagi".
Bulan Januari kemarin, tepat usia 2 tahun waktunya untuk vaksin Hepatitis A. Tapi ternyata dokter spesialis anak langganannya lagi gak praktek, alhasil pilih seadanya dokter spesialis anak pokoknya vaksin dulu kupikir. Karena vaksin Hepatitisnya gak ada, alhasil cuma vaksin Campak. Dan mulailah kami tanya-tanya, "kemarin sudah konsultasi dengan dokter yang biasanya, katanya nunggu 2 tahun dok sambil dilatih sendiri, tapi sekarang udah 2 tahun kok belum ada tanda-tanda ngomong ya dok?"
"Coba diperiksakan ke Klinik Tumbuh Kembang ya bu, saya sarankan di RS Hermina Kemayoran karena disitu KTK nya bagus. Nanti kalo sudah didiagnosa, untuk terapinya ada di RS sini", kata pak dokter.
" Sebenernya udah bahaya kah dok? Apa masih bisa maklum umur segini belum ngomong?"
(Masih berharap maklum dan gak papa kalo Ipo belum bisa ngomong umur segini, karena banyak teman, sahabat dan saudara yang bilang bahwa gak masalah nanti bakal bisa ngomong sendiri kok pada waktunya)
Dan dokternya jawab,
"Udah gak bisa maklum bu, udah bahaya. sekarang Ipo cuma bisa bubbling, sedangkan bubbling itu tahapan untuk anak yang masih usia 6-8 bulan, sedangkan sekarang Ipo umur 2 tahun, kan kesenjangannya jauh banget" Dokter mulai agak ngegas. Mabeb langsung lemes, pengen nangis saat itu juga, cuma harus nahan karena gak mungkin nangis depan dokter.
"Tapi tenang aja bu, saya pastikan Ipo cuma Speech Delay, bukan autis atau ADHD. Karena dia masih bisa kontak mata dan memperhatikan".
Pertahanan runtuh saat keluar ruangan dokter spesialis anak, air mata jatuh gitu aja.
Ipo, anak pertama yang kami harap-harapkan, yang selalu menjadi kebanggaan kami, selalu jadi kesayangan kakek neneknya, selalu membuat tertawa dengan tingkah lucunya, kadang membuat geleng kepala dengan tingkah aneh tak terduganya. Dari awal lahir memang Ipo bener-bener memudahkan banget buat anak pertama. Mabeb hampir gak pernah repot dan kebingungan seperti yang dialami ibu-ibu baru lainnya. Dari umur sebulan BBnya bener-bener naik drastis, gemuk sempurna, walaupun Mabeb makannya sembarangan. Jarang bangun, nangis dan rewel malam hari, jadi Mabeb bisa tidur dengan nyenyaknya. Ipo juga jarang GTM (gerakan tutup mulut), makan apa aja mau. Kalo pas gak mau pun masih ada yang masuk untuk di makan walaupun gak sebanyak biasanya. Pas sudah agak besar ini malah gampang banget makannya, kalo lagi gak nafsu makan pun, pake lauk ayam goreng crispy dia pasti mau makan lahap lagi. Ipo bahkan jarang sakit, batuk pilek pun cuma sebentar. Bener-bener Alloh jadikan Ipo anak yang gampang dirawat, tapi ternyata dikasih cobaan Speech Delay.
Ipo memang sedikit lambat dalam tumbuh kembangnya. Baru bisa tengkurap sendiri sekitar umur 5 bulan, karena emang dia gendut banget. Kemudian merangkak dan duduk sendiri umur 8 bulan, dan baru bisa berjalan umur 15 bulan. Tumbuh gigi pun baru umur 11 bulan. Tapi Mabeb gak begitu memperhatikan dan gak terlalu bingung dengan tumbuh kembangnya yang agak lambat saat itu, karena memang tumbuh kembang anak beda-beda, dan keterlambatannya masih dalam batas wajar. Sering sharing sesama ibu juga yang selalu menguatkan, menyemangati, bahwa semua masih dalam batas wajar. Tapi untuk bicara ini udah bener-bener aneh telatnya, dan bahaya juga kalo dibiarkan.
Kami berdua sebagai orang tua shock berat, walaupun mungkin cuma Speech Delay, tapi denger vonis ini itu cobaan yang paling bikin kami drop kayak orang linglung. Sebagai orang tua baru, anak pertamanya ternyata Speech Delay. Pikiran macem-macem pun semakin bersliweran, apa nanti pengaruh sama kecerdasannya? Apa nanti pelajaran yang lain juga ketinggalan? Apa pengaruh sama tumbuh kembang selanjutnya? Stressnya lebih berat daripada saat judul skripsi ditolak, daripada revisian banyak setelah sidang kompre, daripada masalah-masalah yang pernah dihadapi selama ini.
Mabeb mulai searching tentang anak Speech Delay, apa yang harus dilakukan, bagaimana nanti terapinya, dan klinik tumbuh kembang yang ada di Jakarta ada dimana aja, bahkan searching biayanya. Baca-baca cerita ibu-ibu yang juga memiliki anak Speech Delay, bahkan memiliki anak autis ataupun ADK. Jadi agak adem karena ternyata banyak ibu-ibu yang punya masalah yang sama bahkan lebih sulit tapi masih tetap kuat dan semangat untuk berjuang. Aku mah gak ada apa-apanya dari mereka, harusnya lebih semangat lagi dong. 💪

Konsultasi

Perjuangan dimulai dengan periksa ke Klinik Tumbuh Kembang di RS Hermina Kemayoran yang baru pertama kali masuk kesana dan takjub banget sama gedung RS yang besar dan bagus. Untuk Klinik Tumbuh Kembang ada di lantai 3, dan adminstrasinya pun beda dengan administrasi RSnya, karena mereka punya jadwal dan admin sendiri. Saat itu udah siap kalo bakal nunggu antrian lama seperti yang diceritakan di forum ibu-ibu bahwa ke klinik tumbuh kembang bisa antri sampai berhari-hari, bahkan berbulan-bulan. Tapi ternyata Alloh kasih kemudahan, ada jadwal terapi orang yang di cancel hari senin dan kami ditanya bersedia mengisi atau tidak. Gak pikir panjang kami langsung meng-iya-kan dan langsung berangkat sore itu juga.

Dokter Rehab Medik

Pertama, kami dipertemukan dengan Dokter Rehab Medik, Ipo dites menyusun balok, memasukkan balok dalam gelas, mencoret-coret, Ipo bisa semua Alhamdulillah. Tapi saat ditanya dengan gambar dan mainan hewan, Ipo cuma tau gambar Kucing dan Mobil.
Dokter menjelaskan kalo Ipo memang Speech Delay, untuk indikasi autis atau ADK sepertinya tidak, karena terlihat Ipo bisa menerima perintah. Tapi kesenjangan tumbuh kembangnya jauh sekali dari yang seharusnya bisa anak seusia dia lakukan. Katanya aku terlalu memanjakan dan membantu, padahal cuma karena pada saat Ipo disuruh menyusun balok aku ikut-ikutan ngomong "ayo taruh sini nih" Sambil nunjuk baloknya. Gak sampe megang ya tuhaann 😑 udah dibilang membantu. Tapi ya udahlah ya, toh emang untuk pakai baju, celana sampai sepatu semua masih aku bantu.
Bahasa masih bubbling, bisa ngomong Papa-Mama tapi bukan arti yang sebenarnya, belum mengerti nama benda disekitarnya, dsb. Aku agak lupa sih, karena pertemuan dengan dokter yang pertama ini cuma sebentar. Yang aku ingat, Ipo ngasih hasil coretannya ke dokternya dan pak dokter bilang, "tuh kann, Ipo anaknya baik banget" 😭 gitu aja terharu akutuu..

Dokter Spesialis Anak (KTK)

Setelah selesai langsung diarahkan ke dokter spesialis anak khusus di Klinik Tumbuh Kembang. Dokternya cantik, baik dan ramah banget, penjelasannya puanjang dan penuh semangat. Dokter mulai ngasih Ipo mainan macem-macem bergantian. Dari balok yang sama harus disusun keatas, kemudian balok dijadikan kereta (tapi Ipo masih asyik nyusun balok keatas 😢), ganti mainan mencocokkan bentuk, mencoret garis, mencoret silang (yang ini Ipo gak bisa), ditanya dengan gambar dan mainan hewan lagi dan memang gak bisa (tapi Ipo sempat menirukan auman singa karena ada mainan bentuk singa disitu).
Dokter mulai tanya-tanya ke orang tua, gimana keseharian Ipo dirumah? Bangun jam berapa-tidur jam berapa? Sering nonton tv dan gadget engga? Dirumah sama siapa aja? Sudah bisa makan sendiri? (Bisa walaupun berceceran)  pakai baju sendiri? (Untuk pakai belum,tapi melepas bisa) Sikat gigi sendiri? (Bisa) Dokter mendengar jawaban sambil mengisi kuisioner gitu, kemudian minta tolong suster pendamping untuk menghitung. Hasilnya (ini aku gak tau bahasa medisnya ya) motorik atau geraknya Ipo itu 102%, sedangkan bahasa atau bicaranya 38%.
Dokter menjelaskan, sebaiknya Ipo stop TV dan gadget dulu, karena walaupun sebenarnya aku jarang banget ngasih hape ke Ipo tapi tv nyala terus. Aku juga menjelaskan, sebenarnya saya udah hampir gak pernah kasih hape ke Ipo karena saat dituruti lihat yutub di hape kalo dimatikan langsung ngamuk gak karuan, makanya udah sangat amat dibatasi. Untuk TV pun sebenarnya dia gak begitu lihat karena anaknya bosenan, jadi paling dilihat sebentar terus lebih milih mainan sendiri. Dan ternyata tetap harus dimatikan TVnya, kata bu dokter.
Dijelaskan juga kalo anak Speech Delay kecenderungan akan mudah tantrum, karena dia gak bisa menjelaskan yang dia pengen jadi akhirnya ngamuk. Dilihat Ipo juga kurang fokus, susah untuk duduk diam. Untuk itu Ipo harus dapet Behaviour Theraphy (BT) cukup 1x aja karena sebenarnya Ipo belum terlalu sulit diatur. Tapi dokter menjelaskan begini sambil si Ipo muter-muter di ruangan dokternya 😭 minta mainan ini itu. Katanya kalo semakin lama gak di terapi untuk fokus, semakin gak bisa diatur juga anaknya.
Untuk terapi wicaranya 3x/minggu, karena anak seusia Ipo harusnya sudah bisa mengucapkan beberapa kata walaupun belum cukup jelas. Diusahakan tidur, bangun, dan makan pun ada jadwalnya. Yang selama ini Ipo terbiasa tidur malem banget, bangun siang, harus diubah. Duhh gimana ya kalo makan Ipo sudah sesuai jadwal, tapi kalo tidur ini susah sekali ngaturnya. Di Jakarta, pengajian selesainya jam 10 malem, jadi Ipo ikutan tidur malem juga. Dan itu jadi kebiasaan karena bangunnya bisa jam 9-10 pagi.
Konsultasi sampai disitu, sebenarnya yang dijelaskan lebih banyak lagi. Kemudian suster admin khusus KTK ngasih tau kalo besok ada jadwal psikolog yang di cancel, kami ditawarin mau gak ngisi jadwalnya? Langsung oke aja gak pikir lama, selama bisa cepet diobservasi.

Psikolog Anak

Hari selasa jam 8 kami udah sampai di KTK untuk ketemu Psikolog anak yang biasanya memberikan terapi wicara. Saat itu Psikolog gak ngetes Ipo, tapi justru ngorek-ngorek emak bapaknya. Untung banget aku kekeuh nyuruh Pabeb izin dari kantor sebentar, pokoknya harus nemenin, biar tau juga anaknya ini kenapa, kan ini anaknya orang dua kan yaa bukan anak Mabeb aja. Jadi bener aja, Pabeb bisa tau dengan jelas Ipo kenapa dan harus gimana. Sesi dengan Psikolog ini bener-bener lama, dipaskan satu jam sesuai waktu per sesi. Pertanyaannya hampir sama kayak Dokter Spesialis Anak kemarin, cuma lebih didalami lagi, dijelaskan lebih dalam lagi, bahkan solusinya gimana.
Dijelaskan kenapa jangan terlalu banyak nonton TV (karena sudah aku jelaskan kalo hape jarang dikasih), karena di TV omongannya gak mungkin diulang. Beda kalo orang (manusia) yang ngomong, ketika anak gak denger atau kurang memperhatikan kita akan mengulangi lagi apa yang kita ucapkan, sedangkan TV tidak. TV akan terus nyerocos aja tanpa henti tanpa peduli anak ngerti kata-kata yang tadi atau tidak.
Ketika anak meminta sesuatu, jangan langsung dikasih. Tapi angkat barangnya dan jelaskan itu namanya apa. Padahal aku sudah berusaha mengajarkan, apa yang dia mau harus diambil sendiri, "oo mau minum? Ya udah itu diambil sendiri". Ternyata salah yaa 😑 kalimat yang bener itu "Ipo mau minum? Ini botol, untuk minum (sambil dipraktekkan gesture minum). Botol minum" baru dikasihkan ke anak botol minumnya.
Kemudian Psikolog memberikan selembar PR untuk orang tua, karena terapi wicara dan BT di RS memang membantu, tapi di rumah juga harus dilatih agar cepat kemajuannya. PR pertama adalah latihan duduk. Iya, duduk dengan tenang di kursi yang ada mejanya. Karena Ipo kecenderungan hiper-aktif, kurang fokus, bosenan, pengennya lari-larian kesana kemari. (Ini juga pas Ipo mulai muterin ruangan Psikolog dan minta mainan ini-itu) 😅
Setelah Ipo duduk, coba main lihat-lihatan kemudian dihitung kuat berapa lama. Hitungan 1-3, 1-5, 1-10, 15 detik, 30 detik, 1 menit. Kalo sudah bisa 1 menit berhasil lulus karena sudah bisa fokus. Kegunaan PR ini melatih untuk duduk tenang dan bertahan lama untuk fokus, ketika anak sudah fokus dia mudah untuk diajari macam-macam. Kalo belum bisa fokus seperti Ipo sekarang ini, mau diajari apapun dia akan lebih milih mainannya yang lain atau lari-larian.
Setelah bisa fokus dan mengerti kalo duduk di kursi yang ada mejanya itu artinya waktunya belajar, baru mulai diajak bermain dengan sensory play. Mulai dari pompom bulu, pasir kinetik, meremas sponge, menggunakan pinset. Semua untuk melatih sensor motoriknya, karena saat Ipo dites menggenggam tangan kadang bisa, kadang genggamannya masih belum menggenggam betul. Harus terus dilatih untuk persiapan memegang pensil untuk menulis atau memegang gunting. Saat ditanya mainan Ipo kebanyakan apa? Macem-macem tapi kebanyakan mobil-mobilan. Dan ternyata itu gak bagus juga, karena mobil-mobilan hanya melatih maju mundur aja. Jangan sungkan untuk membelikan anak laki-laki mainan masak-masakan, jadi dia bisa berlatih memotong atau memegang sendok dan peralatan lainnya.
 
Sediakan kartu bergambar dengan gambar benda-benda yang biasa anak pakai. Ajarkan di kartu itu namanya apa, kemudian sediakan barang aslinya. Jadi ketika dia atau kita minta sesuatu ambil kartunya, sebutkan nama bendanya. Intonasi bicara pun harus perlahan-lahan seperti mendongeng kata Psikolognya, agar anak tertarik untuk memperhatikan dan mendengarkan.
 Ayah dan Ibu bisa bergantian untuk mengajarkan PR-PR tersebut, agar anak tidak ketergantungan hanya belajar dengan Ibu saja atau Ayah saja atau malah terapis saja. Ayah dan Ibu diharap lebih cerewet, sering diajak ngobrol. Apalagi Psikolog nya menilai kalo kami berdua sepertinya orangnya pendiam 😅 "Kalo saya cerewetnya yang lain dok, cerewet ngomel hehehe"
Sesi panjang dengan Psikolog berakhir dengan puas banget. Pabeb sampe ngomong, "baru ini aku ke dokter tapi gak nyesel karena lama dan bisa tanya-tanya banyak, dijelaskan gamblang pula". Setelah selesai, suster admin akan menghubungi lagi kelanjutannya gimana, karena kami minta terapinya di RS langganan aja. Bukan karena biayanya, tapi jauhnya itu. Kalo harus PP berangkat dan pulang sendiri 3x/minggu ke Kemayoran kok ya capek dijalan banget.

OAE dan BERA

Setelah beberapa minggu atau sebulan, kami dihubungi agar Ipo menjalani tes OAE dan BERA, yaitu tes pendengaran. Ada gangguan pendengaran atau tidak, karena dikuatirkan ada gangguan pendengaran jadi dia mengucapkan kata-kata yang dia tangkap gak jelas itu. Dijelaskan supaya anak tidur malam dan bangun pagi, agar mengantuk karena tesnya dilakukan dalam keadaan anak tidur nyenyak.
Kami sampe ikutan begadang, jam 11 malam Ipo baru tidur, jam 6.30 pagi sudah kami bangunkan walaupun dia ngamuk-ngamuk karena masih ngantuk. Kasihan banget sebenernya, sampe ada kantung matanya. 😅 Di perjalanan ke RS pun dia udah berkali-kali mau tidur, tapi Mabeb sampe kagetin berkali-kali dengan nunjukin kalo ada Tayo, ada truk, ada mobil, sambil nepuk-nepuk badannya biar bangun. Setelah sampe kami langsung ke lantai 3, ternyata harus daftar dulu ke lantai 1. Di pendaftaran antri banget, alhasil Ipo kalo lihat sesama anak kecil ngajak main, lari-larianlah dia. Padahal udah ngantuk banget pas dateng, jadi melek lagi bocahnya. 🤦‍♀
Karena gak bisa nidurin lagi, Ipo dipaksa minum obat tidur, itupun dia masih berusaha melek karena lihat ada anak kecil dan pengen ngajak main. Matanya sampe merah, kasihan banget 😭 Beberapa menit kemudian dia mulai ngantuk dan tidur. Tapi karena Mabeb sendirian aja, akhirnya Mabeb gendong Ipo kesana kemari ngasih tau susternya kalo Ipo sudah tidur, terus nungguin susternya, baru masuk ke ruangan. Ya namanya anak tidur kalo digendong riwa-riwi gitu kan pasti keganggu ya, berkali-kali mau melek aku tidurkan lagi. Udah gitu kasurnya tinggi banget lagi, jadi susah naruh anaknya. Alhasil bangun bocahnya. 🤦‍♀ Percobaan pertama gagal. Disuruh keluar untuk ditidurkan lagi.
Mungkin karena efek obat, jadi Ipo bisa langsung tidur lagi. Kali ini Mabeb tunggu agak lama biar nyenyak banget. Dilihat kayaknya udah nyenyak saat dipindah-pindah posisi, nyoba masuk ruangan lagi. Ditaruh di kasur, berhasil. Pindah posisi, berhasil. Di tempel-tempel alatnya di jidat dan belakang telinga, berhasil. Pas alat terakhir yang dimasukkan di lubang telinga, eh tiba-tiba bangun dia, kaget. Ya tuhann gagal maning. 🤦‍♀
Ya gimana ya, walaupun udah dikasih obat dia udah bukan bayi lagi yang bisa tidur sambil digendong. Mamaknya ini pun gak sekuat kayak gendong bayi, gendong bocah 12kg yang tidur ya pastilah goyang-goyang.
Akhirnya Pabeb memutuskan untuk cancel aja tesnya. Memang dari awal Pabeb gak begitu setuju Ipo ikut tes ini, menurutnya pendengaran Ipo itu gak ada masalah toh kalo dipanggil ngerti. Tapi Mabeb kekeuh pengen ngetes, karena biar ketauan semua, biar gak suatu saat ada yang bilang kalo Ipo gangguan pendengaran makanya susah ngomong. Yah, intinya hari itu gagal tes.

Untuk terapi, kami masih menunggu surat keterangan dari RS sebagai pengantar untuk bisa terapi di RS yang lebih dekat. Mungkin akan aku ceritakan lain waktu.

Tiap anak berbeda

Untuk yang pengen tau Ipo ciri-cirinya seperti apa untuk dianggap Speech Delay, usia 2 tahun tapi masih bubbling, bisa ngomong "mamama... Papapa.." Tapi bukan arti yang sebenarnya. Sebenarnya anaknya cerewet sekali, tapi gak bisa dimengerti arti dan maksudnya apa, otomatis sering tantrum karena gak ada yang tau kepengenannya. Anaknya aktif banget, gampang bosen, sebenarnya bisa duduk tenang kalo ada selimut kesayangannya sambil ngencit (menghisap jempol).
Mengerti kalo dipanggil, mengerti saat diperintah atau disuruh untuk buang sampah, mengambil sesuatu tapi dengan ditunjuk barangnya, jadi belum begitu faham kalo cuma disebutkan barangnya. Untuk melakukan sesuatu dengan gerakan dia gampang menirukan, tapi untuk menirukan kata-kata belum bisa. Baru-baru ini aja dia suka sama kartun "Tayo the little bus" dan bisa menyanyi "hey tayo" yang masih berubah-ubah menjadi "hey kaka.. Hey kaya.. Atau hey kawo". Untuk nyanyian yang lain pun yang dia ikutin hanya gerakannya, karena aku selalu menyanyikan lagu anak dengan gerakan-gerakan khusus. Sebenernya dia pun tau hewan-hewan, ketika ada hewan yang dia lihat di TV dia langsung ambil buku bergambar kumpulan jenis hewan dan menunjuk hewan yang dia lihat tadi. Iya, sebenarnya dia tau dan mengerti, tapi untuk menirukan kata, ucapan, bahasa susah sekali.
Walaupun ada yang bilang batas maksimal anak harus diperiksakan umur 2 tahun, tapi kata dokter seharusnya bisa lebih dini lagi. Ada yang bilang sebaiknya umur 18 bulan, tapi ada juga yang tiba-tiba setelah diperiksakan bisa ngomong sendiri sebelum terapi. Ada yang menunggu sampai anak umur 2 tahun lebih 4 bulan sudah bisa ngomong banyak banget sehingga gak jadi diperiksakan. 
Jadi bener-bener tiap anak berbeda baik kondisi dan tumbuh kembangnya. Banyak faktor yang menyebabkan Speech Delay, tapi bisa jadi faktor tersebut gak berpengaruh pada anak lain. (Ini semua dari cerita sharing ibu-ibu di forum) Seperti contohnya, katanya anak tidak boleh TV dan gadget, tapi ada anak yang justru bisa cepet ngomong karena menirukan tontonan yang ada di Yutub atau TV, baik kartun, film, ataupun lagu-lagu. Ada anak yang orang tuanya sering mengajak ngobrol, tetapi anak diam saja, dikira Speech Delay akut, ternyata dia menyerap dulu dan langsung mengeluarkan banyak kata bahkan langsung merangkai kata menjadi kalimat. Ada yang bilang faktor keturunan, tapi ada orang tua yang gak pernah Speech Delay anaknya Speech Delay. Ada yang bilang karena anak pertama gak ada temannya atau jarang bersosialisasi, tapi ada anak kedua (tengah) yang Speech Delay padahal anak pertama bahkan anak ketiganya (adik si anak Speech Delay) bisa cepat bicara.
Banyak faktor dan kondisi yang menyebabkan Speech Delay, tapi pengaruh pada tiap anak juga berbeda.

Empathy or Toxic Postivity

Respon orang-orang terdekat kami saat tau Ipo Speech Delay bermacam-macam. Ada yang merasa kasihan, ada yang menyemangati, ada yang mendoakan, bahkan ada yang menghakimi. Bagi kalian semua yang kebetulan mampir membaca artikel ini, sejujurnya bagi kami para orang tua yang anaknya memiliki masalah (baik hanya speech delay, atau autis, ADK, down-syndrome, dll) kami hanya butuh untuk didengar dan didoakan, disemangati boleh dengan tanpa menghakimi. 
"Ya kalian sih main hape terus, anak dibiarkan mainan sendiri, kurang cerewet, kurang sabar, blablabla" Ini saya dengar sendiri.
Ketika orang udah lemes, ngedrop, shock berat, butuh semangat dan doa, malah dikatain seperti itu, rasanya itu udah jatuh, ketimpa tangga, yang diatas tangganya masih ada orangnya bawa kaleng cat yang kebuka pula. Mungkin maksudnya pengen menasehati, tapi jatuhnya jadi menghakimi dan bukan malah bikin semangat tapi bikin putus asa.
Atau
"Dulu anakku lebih parah, kalian masih gak ada apa-apanya."
"Harusnya kalian itu gini gitu gini gitu"
Dsb
Kutipan tweet dr. Jiemi Ardian
"Gak usah lebay, cuma Speech Delay ini"
Iya, cuma Speech Delay. Kami masih bersyukur. Banyak orang tua hebat diluar sana yang memiliki anak dengan permasalahan yang lebih berat. Untuk kasus Ipo memang kasus yang ringan karena motoriknya masih bagus, ada beberapa anak yang sampai harus terapi Sensory Integrity atau terapi tambahan lainnya.
Untuk kalian para orang tua yang anaknya normal, bahkan cenderung luar biasa sempurna, jangan lupa bersyukur banyak-banyak. Karena mungkin ini juga tamparan dari Alloh SWT untuk kami, selama ini Ipo tumbuh dengan baik kami mungkin kurang bersyukur hingga diberi cobaan ini agar lebih ingat dan bersyukur pada Alloh. 
Tapi ya gimana ya, ketika melihat teman-teman seusianya sudah mengucapkan banyak kata, menghafal banyak benda, binatang, dll, bahkan sudah bisa menghafal huruf hijaiyah, doa dan surat pendek. Mendadak hati sesak, pengen nangis karena Ipo belum bisa seperti itu. Jangankan anak Speech Delay, kadang ibu muda anaknya belum bisa merangkak atau belum bisa jalan padahal teman seusianya sudah bisa, pasti sudah bingung dan kepikiran. Walaupun begitu tetap sebaiknya cukup dimengerti dan difahami bahwa kami sedang bingung, kalut dan sedih, tidak butuh nasehat berlebihan apalagi menghakimi.
Kami masih dan selalu bangga padamu nak.
Kita berjuang bareng ya, biar Ipo bisa cepet ngomong.
Ipo pejuang Speech Delay.
Kami pejuang Speech Delay.
Untuk para anak dan orang tua dari anak yang Speech Delay, semangat ya kita semua.

3 komentar:

  1. Mom,kalo boleh tau berapa biaya skrinning di rs hermina kemayoran

    BalasHapus
  2. apa anaknya maish terpay sampe sekrang di hermina kemayoran?

    BalasHapus
  3. ini pake bpjs atau tidak yaa?? apa sampe skrg anaknya masih terapi di rs hermina kemayoran?

    BalasHapus

Pengalaman Melahirkan Anak Kedua dengan Metode ERACS

 Beberapa hari sebelum lahiran, ada video viral seorang artis yang mengaku 2 jam setelah melahirkan secara C-section sudah bisa duduk, 4 jam...