Suatu Tinjauan Psikologis Mengenai Kekuatan Aktif Cinta
Psikologi sebagai ilmu yang membahas mengenai jiwa manusia cenderung memberikan perhatian pada kelemahan dan kerusakan pada jiwa manusia. Perkembangan ilmu psikologi akhirnya bergerak kepembahasan mengenai kekuatan dan kebaikan yang ada pada individu. Usaha mengembangkan pemikiran ini pertama kali dikembangkan oleh Martin Seligman dari University Of Pennsylvania. Ia dikenal pula sebagai tokoh dari psikologi positif.
Tujuan ditekankan pada bagaimana memahami kekuatan dan berkonsentrasi padanya daripada berkutat pada kelemahan manusia. (Grage, 2006). Maka pembahasan mengenai sisi positif manusia mulai menjadi perhatian. Kebahagiaan, kesuksesan, kasih sayang, harapan menjadi bagian yang menarik untuk dibahas. Cinta, sebagai salah satu aspek yang terpenting dalam membawa hawa positif pada setiap manusia dan berperan dalam menuju suatu kebahagiaan dan kesuksesan menjadi satu objek yang penting untuk dipelajari.
Definisi Cinta
Cinta, satu kata yang memiliki ribuan makna. Manusia memiliki ketertarikan sendiri dalam merasakan, menggambarkan dan memaknai arti kata ini. Banyak ilmuwan tertarik dan berupaya membahas secara mendalam akan makna yang terkandung dibalik kata cinta dari berbagai aspek kajian keilmuwan, social, kesehatan, ilmu agama bahkan ilmu alam. Begitu pula dengan para psikolog dan ilmuwan psikologi. Mereka melakukan berbagai penelitian, membentuk konsep-konsep untuk menjelaskan akan arti cinta dari sudut pandang psikologis. Diantara banyaknya jumlah ilmuwan psikologi yang membahas mengenai cinta, penulis mencoba mengambil beberapa definisi untuk menjelaskan definisi cinta.
Ashley Montagu, seorang Psikolog Amerika memandang cinta sebagai sebuah perasaan memperhatikan, menyayangi, dan menyukai yang mendalam. Biasanya, rasa cinta disertai dengan rasa rindu dan hasrat terhadap objek yang dicintai. (Widianti, 2006)
Elain dan William Walsten lebih menekankan suatu keterlibatan individu yang mendalam saat mendefinisikan cinta. Keterlibatan diasosiasikan dengan timbulnya rangsangan fisiologis yang kuat dan diiringi dengan perasaan mendambakan pasangan dan keinginan untuk memuaskannya.
Menurut Robert Sternberg, cinta adalah sebuah kisah yang ditulis oleh setiap orang. Kisah tersebut merefleksikan kepribadian, minat dan perasaan seseorang terhadap suatu hubungan. (Tambunan, 2001) menurutnya, kisah tersebut telah ada pada manusia dan proses pembentukkannya terbentuk melalui pengalaman, cerita dan sebagainya. Kisah ini pula yang akan membentuk bagaimana seseorang bersikap dan bertindak dalam suatu pola hubungan.
Scott Peck yang sepanjang karirnya dalam psikologi berusaha menghasilkan karya dan menjelajahi definisi cinta dan kejahatan menggambarkan cinta sebagai kombinasi dari “perhatian akan perkembangan spiritual orang lain“ serta narcisisme biasa. ( Karan, 2003)
Berbeda dengan psikolog dan ilmuwan psikologi lainnya, Erich Fromm menekankan cinta sebenarnya pada cinta yang dewasa. Cinta yang dewasa adalah penyatuan didalam kondisi tetap memelihara integritas seseorang, individualitas seseorang. Cinta adalah kekuatan aktif dalam diri manusia, kekuatan yang meruntuhkan tembok yang memisahkan manusia dari sesamanya, yang menyatukan dirinya dengan yang lain ; cinta membuat dirinya mengatasi perasaan isolasi dan keterpisahan, namun tetap memungkinkan dirinya menjadi dirinya sendiri, mempertahankan integritasnya. (Fromm, 2005).
Teori Cinta
Dari banyaknya definisi mengenai cinta yang diungkapkan para ilmuwan, penulis tertarik dengan ide-ide yang diungkapkan oleh Erich Fromm dan Robert Sternberg. Keduanya mencoba menjelaskan cinta dari sudut pandang masing-masing. Fromm memulai pembahasan mengenai cinta dengan terlebih dahulu membahas mengenai manusia dan eksistensinya. Sementara itu, setelah mendefinisikan cinta sebagai suatu kisah, Sternberg mencoba menjelaskan suatu teori yang disebut segitiga cinta.
Fromm memandang manusia sebagai makhluk yang sadar akan dirinya, mempunyai kesadaran tentang dirinya, sesama, masa lalu, kemungkinan masa depannya dan kesadaran akan eksistensinya sebagai sesuatu yang terpisah. Sadar akan keterpisahan ini merupakan faktor utama munculnya kegelisahan, kecemasan dan dapat menjadi pintu gerbang menuju gangguan kejiwaan. Karenanya, dalam buku The Art Of Loving, Fromm menjelaskan bahwa kebutuhan manusia yang paling dalam adalah kebutuhan untuk mengatasi keterpisahannya dan meninggalkan penjara kesendiriannya. Kegagalan untuk mengatasi keterpisahan ini yang akan menyebabkan gangguan kejiwaan.
Banyak cara dilakukan untuk mengatasi keterpisahan pada tiap individu. Fromm mengungkapkan idenya mengenai cinta sebagai jawaban dari masalah eksistensi manusia. Dalam cinta, terdapat jawaban utuh yang terletak pada pencapaian penyatuan antar pribadi dan peleburan dengan pribadi lain. Hasrat akan peleburan antar pribadi ini yang paling kuat pengaruhnya dalam diri manusia. Inilah kerinduan mendasar, kekuatan yang menjaga ras manusia, keluarga dan masyarakat untuk selalu bersama.
Terdapat dua jenis cinta menurut Formm, cinta penyatuan simbiosis dan cinta yang dewasa. Penjelasannya yaitu :
©Penyatuan Simbiosis, yaitu memiliki pola hubungan antara pasif dan aktif dimana keduanya tidak dapat hidup tanpa yang lain. Bentuk pasif dari penyatuan simbiosis disebut sebagai ketertundukan (submission), dalam istilah klinis disebut sebagai Masokhisme. Pribadi yang Masokhisme keluar dari perasaan isolasi dan keterpisahan yang tak tertahankan dengan menjadikan dirinya bagian dan bingkisan pribadi lain yang mengatur, menuntun dan melindungi dirinya. Bentuk aktif dari penyatuan simbiosis disebut sebagai dominasi (domination), dalam klinis disebut sebagai sadisme. Pribadi yang sadistis ingin keluar dari kesendiriannya dengan membuat pribadi lain menjadi bagian dan bingkisan dirinya.
©Cinta yang dewasa, adalah penyatuan didalam kondisi tetap memelihara integritas seseorang, individualitas seseorang. Cinta adalah kekuatan aktif dalam diri manusia, kekuatan yang meruntuhkan tembok yang memisahkan manusia dari sesamanya, yang menyatukan dirinya dengan yang lain.(Fromm, 2005)
Dalam mengatasi keterpisahan pada manusia, hanya cinta yang dewasa yang dapat dijadikan jawaban terbaik. Karakter aktif dari cinta yang dewasa ditunjukkan dengan hasrat untuk memberi daripada menerima. Arti kata memberi disini yaitu perwujudan paling nyata dari potensi diri. Dalam setiap tindakan memberi, individu akan merasakan kekuatan, kekayaan, dan kekuasaan atas dirinya sehingga memberi akan lebih membahagiakan daripada menerima. Sehingga manusia tidak akan memberi untuk menerima. Tetapi dalam batasan memberi yang sesungguhnya. Memberi yang sesungguhnya akan membuat orang lain menjadi pemberi.
Dalam kaitannya dengan cinta, penjelasan makna memberi ini berarti : cinta adalah kekuatan yang melahirkan cinta. Pemikiran ini diungkapkan oleh Marx “ anggaplah manusia sebagai manusia, dan hubungannya dengan dunia sebagai hubungan manusia, dan anda dapat bertukar cinta hanya dengan cinta, kepercayaan dengan kepercayaan, dan seterusnya.” (Fromm, 2005)
Selain tindakan memberi, karakter aktif dari cinta terlihat jelas dalam kenyataan bahwa cinta selalu mengimplikasikan unsur-unsur dasar tertentu. Unsur-unsur dasar dari cinta yaitu Perhatian (Care), Tanggungjawab (Responsibility), Rasa Hormat (Respect) dan Pengetahuan (Knowledge). Fromm (Fromm, 2005) menjabarkannya sebagai berikut :
©Perhatian (Care)
Cinta adalah perhatian aktif pada kehidupan dan pertumbuhan dari apa yang kita cintai. Implikasi dari cinta yang berupa perhatian terlihat jelas dari perhatian tulusseorang ibu kepada anaknya.
©Tanggungjawab (Responsibility)
Tanggungjawab dalam arti sesungguhnya adalah suatu tindakan yang sepenuhnya bersifat sukarela. Bertanggungjawab berarti mampu dan siap menganggapi.
©Rasa Hormat (Respect)
Rasa hormat bukan merupakan perasaan takut dan terpesona. Bila menelusuri dari akar kata (Respicere = melihat), rasa hormat merupakan kemampuan untuk melihat seseorang sebagaimana adanya, menyadari individualitasnya yang unik. Rasa hormat berarti kepedulian bahwa seseorang perlu tumbuh dan berkembang sebagaimana adanya. Dalam lagu prancis kuno dikatakan “l’amour est l’enfant de la liberte“ atau cinta adalah anak kebebasan, sama sekali bukan dominasi.
©Pengetahuan (Knowledge)
Pengetahuan yang menjadi satu aspek dari cinta adalah pengetahuan yang tidak bersifat eksternal, tetapi menembus hingga ke intinya.
Perhatian, tanggungjawab, rasa hormat dan pengetahuan mempunyai keterkaitan satu sama lain. Semuanya merupakan sindrom sikap yang terdapat dalam pribadi yang dewasa, yaitu dalam pribadi yang mengembangkan potensi dirinya secara produktif.
Berbeda dengan Fromm yang menekankan mengenai sebab, akibat dan aspek-aspek yang menimbulkan cinta dalam penjelasan teori cintanya, Sternberg lebih menekankan pada penjelasan mengenai komponen pembentuk cinta dan beragam jenis cinta yang dihasilkan dari kombinasi tiap komponen.
Teori mengenai komponen cinta disebut pula sebagai teori segitiga cinta. Segitiga cinta mengandung 3 komponen sebagai berikut:
©Keintiman (Intimacy)
Keintiman adalah elemen emosi, yang didalamnya terdapat kehangatan, kepercayaan (trust) dan keinginan untuk membina hubungan.
©Gairah (Passion)
Gairah adalah elemen motivasional yang disadari oleh dorongan dari dalam diri yang bersifat seksual.
©Komitmen
Komitmen adalah elemen kognitif, berupa keputusan untuk secara sinambung dan tetap menjalankan suatu kehidupan bersama. (Tambunan, 2001).
Kombinasi dari ketiga komponen cinta ini dapat membentuk 8 pola hubungan cinta sebagai berikut :
©Liking (Suka)
Seseorang yang hanya mengalami komponen keintiman saja, tanpa adanya gairah dan komitmen
©Infatuated (tergila-gila)
Cinta ini muncul karena adanya hasrat / gairah tanpa disertai keintiman dan komitmen.
©Empty Love.
Cinta ini berasal dari adanya komitmen pada individu tanpa adanya hasrat dan keintiman.
©Romantic Love
Cinta ini muncul dari kombinasi antara keintiman dan hasrat tapi tanpa disertai oleh komitmen.
©Companionate Love
Cinta ini muncul dari kombinasi antara keintiman dan komitmen. Biasanya cinta ini muncul dalam persahabatan yang mana tidak melibatkan hasrat.
©Fatuous Love
Cinta ini muncul dari kombinasi hasrat dan komitmen tanpa adanya keintiman.
©Non Love
Ketiga komponen cinta tidak ada pada pola cinta ini. Pola ini biasanya muncul dalam hubungan dengan sekitar yang tidak menetap.
©Consummate Love
Cinta ini muncul dari kombinasi ketiga komponen cinta (keintiman, hasrat dan komitmen). Cinta ini disebut juga sebagai cinta yang utuh. (Popsy, 2007)
Penjelasan mengenai definisi dan teori-teori cinta diatas dapat memberi sumbangan penting dalam memahami cinta sebagai suatu kekuatan positif dalam diri setiap individu. Secara klinis, cinta dapat berperan baik dalam preverensi maupun intervensi suatu penyakit mental. Sesuai penjelasan Erich Fromm, cinta yang dewasa dapat menjadi jawaban atas eksistensi menusia yang berupa keterpisahan. Dengan cinta, keterpisahan dan kesendirian akan teratasi sehingga menjadi suatu pencegahan (preverensi) dari munculnya suatu kegelisahan bahkan gangguan kejiwaan.
Sesuai dengan penjelasan Abraham Maslow mengenai teori motivasi, cinta merupakan salah satu tingkatan dari hierarki kebutuhan pada manusia. Kebutuhan cinta merupakan fase sementara dalam pertumbuhan manusia dan merupakan penggerak ke fase-fase selanjutnya. (Hauck, 1993).
Berbagai penelitian dilakukan dalam usaha mencari keterkaitan antara perasaan cinta dengan kesehatan pada fisik dan psikis seseorang. Jurnal Neuroendrocrinology Letters Vol. 26 tahun 2005 (Wordpress, 2008) menerbitkan tulisan ilmiah yang tegas menyatakan bahwa cinta baik untuk kesehatan fisik dan mental. Keterlekatan sosial yang ditimbulkan oleh perasaan cinta dapat mengobati dan mencegah penyakit depresi bahkan autisme. Lebih jauh, dalam jurnal itu disebutkan bahwa Cinta membantu individu dalam menghadapi kesulitan hidup dan membantu sistem kekebalan tubuh untuk memperbaiki dan menjaga kesehatan tubuh.
Penelitian di Yale University terhadap 119 pria dan 40 wanita yang menjalani pemeriksaan pembuluh darah koroner juga membuktikan akan adanya pengaruh positif cinta terhadap kesehatan individu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelompok yang merasa paling dicintai dan didukung oleh pasangannya memiliki lebih sedikit penyumbatan di arteri jantung daripada kelompok lainnya. (news/health, 2006)
Kesimpulannya, cinta merupakan kekuatan positif yang ada pada setiap individu. Kekuatan yang akan membawa manusia pada suatu penyatuan, dan pembentukkan tingkah laku dan jiwa yang positif. Setiap manusia pasti memiliki rasa cinta. Maka kita mengetahu satu hal, bahwa dalam diri manusia ada suatu kekuatan dan kebenaran yang sangat indah. Tidak terlihat namun dapat dirasa. Hal itu disebut cinta.
Tujuan ditekankan pada bagaimana memahami kekuatan dan berkonsentrasi padanya daripada berkutat pada kelemahan manusia. (Grage, 2006). Maka pembahasan mengenai sisi positif manusia mulai menjadi perhatian. Kebahagiaan, kesuksesan, kasih sayang, harapan menjadi bagian yang menarik untuk dibahas. Cinta, sebagai salah satu aspek yang terpenting dalam membawa hawa positif pada setiap manusia dan berperan dalam menuju suatu kebahagiaan dan kesuksesan menjadi satu objek yang penting untuk dipelajari.
Definisi Cinta
Cinta, satu kata yang memiliki ribuan makna. Manusia memiliki ketertarikan sendiri dalam merasakan, menggambarkan dan memaknai arti kata ini. Banyak ilmuwan tertarik dan berupaya membahas secara mendalam akan makna yang terkandung dibalik kata cinta dari berbagai aspek kajian keilmuwan, social, kesehatan, ilmu agama bahkan ilmu alam. Begitu pula dengan para psikolog dan ilmuwan psikologi. Mereka melakukan berbagai penelitian, membentuk konsep-konsep untuk menjelaskan akan arti cinta dari sudut pandang psikologis. Diantara banyaknya jumlah ilmuwan psikologi yang membahas mengenai cinta, penulis mencoba mengambil beberapa definisi untuk menjelaskan definisi cinta.
Ashley Montagu, seorang Psikolog Amerika memandang cinta sebagai sebuah perasaan memperhatikan, menyayangi, dan menyukai yang mendalam. Biasanya, rasa cinta disertai dengan rasa rindu dan hasrat terhadap objek yang dicintai. (Widianti, 2006)
Elain dan William Walsten lebih menekankan suatu keterlibatan individu yang mendalam saat mendefinisikan cinta. Keterlibatan diasosiasikan dengan timbulnya rangsangan fisiologis yang kuat dan diiringi dengan perasaan mendambakan pasangan dan keinginan untuk memuaskannya.
Menurut Robert Sternberg, cinta adalah sebuah kisah yang ditulis oleh setiap orang. Kisah tersebut merefleksikan kepribadian, minat dan perasaan seseorang terhadap suatu hubungan. (Tambunan, 2001) menurutnya, kisah tersebut telah ada pada manusia dan proses pembentukkannya terbentuk melalui pengalaman, cerita dan sebagainya. Kisah ini pula yang akan membentuk bagaimana seseorang bersikap dan bertindak dalam suatu pola hubungan.
Scott Peck yang sepanjang karirnya dalam psikologi berusaha menghasilkan karya dan menjelajahi definisi cinta dan kejahatan menggambarkan cinta sebagai kombinasi dari “perhatian akan perkembangan spiritual orang lain“ serta narcisisme biasa. ( Karan, 2003)
Berbeda dengan psikolog dan ilmuwan psikologi lainnya, Erich Fromm menekankan cinta sebenarnya pada cinta yang dewasa. Cinta yang dewasa adalah penyatuan didalam kondisi tetap memelihara integritas seseorang, individualitas seseorang. Cinta adalah kekuatan aktif dalam diri manusia, kekuatan yang meruntuhkan tembok yang memisahkan manusia dari sesamanya, yang menyatukan dirinya dengan yang lain ; cinta membuat dirinya mengatasi perasaan isolasi dan keterpisahan, namun tetap memungkinkan dirinya menjadi dirinya sendiri, mempertahankan integritasnya. (Fromm, 2005).
Teori Cinta
Dari banyaknya definisi mengenai cinta yang diungkapkan para ilmuwan, penulis tertarik dengan ide-ide yang diungkapkan oleh Erich Fromm dan Robert Sternberg. Keduanya mencoba menjelaskan cinta dari sudut pandang masing-masing. Fromm memulai pembahasan mengenai cinta dengan terlebih dahulu membahas mengenai manusia dan eksistensinya. Sementara itu, setelah mendefinisikan cinta sebagai suatu kisah, Sternberg mencoba menjelaskan suatu teori yang disebut segitiga cinta.
Fromm memandang manusia sebagai makhluk yang sadar akan dirinya, mempunyai kesadaran tentang dirinya, sesama, masa lalu, kemungkinan masa depannya dan kesadaran akan eksistensinya sebagai sesuatu yang terpisah. Sadar akan keterpisahan ini merupakan faktor utama munculnya kegelisahan, kecemasan dan dapat menjadi pintu gerbang menuju gangguan kejiwaan. Karenanya, dalam buku The Art Of Loving, Fromm menjelaskan bahwa kebutuhan manusia yang paling dalam adalah kebutuhan untuk mengatasi keterpisahannya dan meninggalkan penjara kesendiriannya. Kegagalan untuk mengatasi keterpisahan ini yang akan menyebabkan gangguan kejiwaan.
Banyak cara dilakukan untuk mengatasi keterpisahan pada tiap individu. Fromm mengungkapkan idenya mengenai cinta sebagai jawaban dari masalah eksistensi manusia. Dalam cinta, terdapat jawaban utuh yang terletak pada pencapaian penyatuan antar pribadi dan peleburan dengan pribadi lain. Hasrat akan peleburan antar pribadi ini yang paling kuat pengaruhnya dalam diri manusia. Inilah kerinduan mendasar, kekuatan yang menjaga ras manusia, keluarga dan masyarakat untuk selalu bersama.
Terdapat dua jenis cinta menurut Formm, cinta penyatuan simbiosis dan cinta yang dewasa. Penjelasannya yaitu :
©Penyatuan Simbiosis, yaitu memiliki pola hubungan antara pasif dan aktif dimana keduanya tidak dapat hidup tanpa yang lain. Bentuk pasif dari penyatuan simbiosis disebut sebagai ketertundukan (submission), dalam istilah klinis disebut sebagai Masokhisme. Pribadi yang Masokhisme keluar dari perasaan isolasi dan keterpisahan yang tak tertahankan dengan menjadikan dirinya bagian dan bingkisan pribadi lain yang mengatur, menuntun dan melindungi dirinya. Bentuk aktif dari penyatuan simbiosis disebut sebagai dominasi (domination), dalam klinis disebut sebagai sadisme. Pribadi yang sadistis ingin keluar dari kesendiriannya dengan membuat pribadi lain menjadi bagian dan bingkisan dirinya.
©Cinta yang dewasa, adalah penyatuan didalam kondisi tetap memelihara integritas seseorang, individualitas seseorang. Cinta adalah kekuatan aktif dalam diri manusia, kekuatan yang meruntuhkan tembok yang memisahkan manusia dari sesamanya, yang menyatukan dirinya dengan yang lain.(Fromm, 2005)
Dalam mengatasi keterpisahan pada manusia, hanya cinta yang dewasa yang dapat dijadikan jawaban terbaik. Karakter aktif dari cinta yang dewasa ditunjukkan dengan hasrat untuk memberi daripada menerima. Arti kata memberi disini yaitu perwujudan paling nyata dari potensi diri. Dalam setiap tindakan memberi, individu akan merasakan kekuatan, kekayaan, dan kekuasaan atas dirinya sehingga memberi akan lebih membahagiakan daripada menerima. Sehingga manusia tidak akan memberi untuk menerima. Tetapi dalam batasan memberi yang sesungguhnya. Memberi yang sesungguhnya akan membuat orang lain menjadi pemberi.
Dalam kaitannya dengan cinta, penjelasan makna memberi ini berarti : cinta adalah kekuatan yang melahirkan cinta. Pemikiran ini diungkapkan oleh Marx “ anggaplah manusia sebagai manusia, dan hubungannya dengan dunia sebagai hubungan manusia, dan anda dapat bertukar cinta hanya dengan cinta, kepercayaan dengan kepercayaan, dan seterusnya.” (Fromm, 2005)
Selain tindakan memberi, karakter aktif dari cinta terlihat jelas dalam kenyataan bahwa cinta selalu mengimplikasikan unsur-unsur dasar tertentu. Unsur-unsur dasar dari cinta yaitu Perhatian (Care), Tanggungjawab (Responsibility), Rasa Hormat (Respect) dan Pengetahuan (Knowledge). Fromm (Fromm, 2005) menjabarkannya sebagai berikut :
©Perhatian (Care)
Cinta adalah perhatian aktif pada kehidupan dan pertumbuhan dari apa yang kita cintai. Implikasi dari cinta yang berupa perhatian terlihat jelas dari perhatian tulusseorang ibu kepada anaknya.
©Tanggungjawab (Responsibility)
Tanggungjawab dalam arti sesungguhnya adalah suatu tindakan yang sepenuhnya bersifat sukarela. Bertanggungjawab berarti mampu dan siap menganggapi.
©Rasa Hormat (Respect)
Rasa hormat bukan merupakan perasaan takut dan terpesona. Bila menelusuri dari akar kata (Respicere = melihat), rasa hormat merupakan kemampuan untuk melihat seseorang sebagaimana adanya, menyadari individualitasnya yang unik. Rasa hormat berarti kepedulian bahwa seseorang perlu tumbuh dan berkembang sebagaimana adanya. Dalam lagu prancis kuno dikatakan “l’amour est l’enfant de la liberte“ atau cinta adalah anak kebebasan, sama sekali bukan dominasi.
©Pengetahuan (Knowledge)
Pengetahuan yang menjadi satu aspek dari cinta adalah pengetahuan yang tidak bersifat eksternal, tetapi menembus hingga ke intinya.
Perhatian, tanggungjawab, rasa hormat dan pengetahuan mempunyai keterkaitan satu sama lain. Semuanya merupakan sindrom sikap yang terdapat dalam pribadi yang dewasa, yaitu dalam pribadi yang mengembangkan potensi dirinya secara produktif.
Berbeda dengan Fromm yang menekankan mengenai sebab, akibat dan aspek-aspek yang menimbulkan cinta dalam penjelasan teori cintanya, Sternberg lebih menekankan pada penjelasan mengenai komponen pembentuk cinta dan beragam jenis cinta yang dihasilkan dari kombinasi tiap komponen.
Teori mengenai komponen cinta disebut pula sebagai teori segitiga cinta. Segitiga cinta mengandung 3 komponen sebagai berikut:
©Keintiman (Intimacy)
Keintiman adalah elemen emosi, yang didalamnya terdapat kehangatan, kepercayaan (trust) dan keinginan untuk membina hubungan.
©Gairah (Passion)
Gairah adalah elemen motivasional yang disadari oleh dorongan dari dalam diri yang bersifat seksual.
©Komitmen
Komitmen adalah elemen kognitif, berupa keputusan untuk secara sinambung dan tetap menjalankan suatu kehidupan bersama. (Tambunan, 2001).
Kombinasi dari ketiga komponen cinta ini dapat membentuk 8 pola hubungan cinta sebagai berikut :
©Liking (Suka)
Seseorang yang hanya mengalami komponen keintiman saja, tanpa adanya gairah dan komitmen
©Infatuated (tergila-gila)
Cinta ini muncul karena adanya hasrat / gairah tanpa disertai keintiman dan komitmen.
©Empty Love.
Cinta ini berasal dari adanya komitmen pada individu tanpa adanya hasrat dan keintiman.
©Romantic Love
Cinta ini muncul dari kombinasi antara keintiman dan hasrat tapi tanpa disertai oleh komitmen.
©Companionate Love
Cinta ini muncul dari kombinasi antara keintiman dan komitmen. Biasanya cinta ini muncul dalam persahabatan yang mana tidak melibatkan hasrat.
©Fatuous Love
Cinta ini muncul dari kombinasi hasrat dan komitmen tanpa adanya keintiman.
©Non Love
Ketiga komponen cinta tidak ada pada pola cinta ini. Pola ini biasanya muncul dalam hubungan dengan sekitar yang tidak menetap.
©Consummate Love
Cinta ini muncul dari kombinasi ketiga komponen cinta (keintiman, hasrat dan komitmen). Cinta ini disebut juga sebagai cinta yang utuh. (Popsy, 2007)
Penjelasan mengenai definisi dan teori-teori cinta diatas dapat memberi sumbangan penting dalam memahami cinta sebagai suatu kekuatan positif dalam diri setiap individu. Secara klinis, cinta dapat berperan baik dalam preverensi maupun intervensi suatu penyakit mental. Sesuai penjelasan Erich Fromm, cinta yang dewasa dapat menjadi jawaban atas eksistensi menusia yang berupa keterpisahan. Dengan cinta, keterpisahan dan kesendirian akan teratasi sehingga menjadi suatu pencegahan (preverensi) dari munculnya suatu kegelisahan bahkan gangguan kejiwaan.
Sesuai dengan penjelasan Abraham Maslow mengenai teori motivasi, cinta merupakan salah satu tingkatan dari hierarki kebutuhan pada manusia. Kebutuhan cinta merupakan fase sementara dalam pertumbuhan manusia dan merupakan penggerak ke fase-fase selanjutnya. (Hauck, 1993).
Berbagai penelitian dilakukan dalam usaha mencari keterkaitan antara perasaan cinta dengan kesehatan pada fisik dan psikis seseorang. Jurnal Neuroendrocrinology Letters Vol. 26 tahun 2005 (Wordpress, 2008) menerbitkan tulisan ilmiah yang tegas menyatakan bahwa cinta baik untuk kesehatan fisik dan mental. Keterlekatan sosial yang ditimbulkan oleh perasaan cinta dapat mengobati dan mencegah penyakit depresi bahkan autisme. Lebih jauh, dalam jurnal itu disebutkan bahwa Cinta membantu individu dalam menghadapi kesulitan hidup dan membantu sistem kekebalan tubuh untuk memperbaiki dan menjaga kesehatan tubuh.
Penelitian di Yale University terhadap 119 pria dan 40 wanita yang menjalani pemeriksaan pembuluh darah koroner juga membuktikan akan adanya pengaruh positif cinta terhadap kesehatan individu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelompok yang merasa paling dicintai dan didukung oleh pasangannya memiliki lebih sedikit penyumbatan di arteri jantung daripada kelompok lainnya. (news/health, 2006)
Kesimpulannya, cinta merupakan kekuatan positif yang ada pada setiap individu. Kekuatan yang akan membawa manusia pada suatu penyatuan, dan pembentukkan tingkah laku dan jiwa yang positif. Setiap manusia pasti memiliki rasa cinta. Maka kita mengetahu satu hal, bahwa dalam diri manusia ada suatu kekuatan dan kebenaran yang sangat indah. Tidak terlihat namun dapat dirasa. Hal itu disebut cinta.
DAFTAR PUSTAKA
Buku
Fromm, Erich. 2005. The Art Of Loving. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama
Hauck, Paul. 1993. Bagaimana Mencintai dan Agar dicintai. Jakarta : Arcan.
Widianti, Dian. 2006. Ensiklopedi Cinta. Bandung : Mizan Media Utama (MMU)
Internet
Cinta, menghidupkan dan memberi gairah. 2008. Search : http://herirembo.wordpress.com/2008/02/14/cinta-menghidupkan-dan-memberi-gairah/
Cinta itu Menyembuhkan. Search : http://jawaban.com/news/health/detail.php
Grage, wong. 2006. Bakat dan Psikologi Positif. Search : http://tsonjaya.blogsome.com/2006/01/04/bakat-dan-psikologi-positif/
Karan. 2003. Psikologi Cinta. Search : http://id.shvoong.com/social-sciences/1728695-psikologi-cinta/
Mari Kita Bicara Cinta. 2007. Search : http://popsy.wordpress.com/2007/06/27/mari-kita-bicara-cinta/
Tambunan, Raymond. 2001. CINTA. Search : http://www.e-psikologi.com/remaja/cinta.htm
Source: http://pinkligthly.blog.friendster.com/2009/03/13/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar