Senin, 18 Oktober 2021

Pengalaman Melahirkan Anak Kedua dengan Metode ERACS

 Beberapa hari sebelum lahiran, ada video viral seorang artis yang mengaku 2 jam setelah melahirkan secara C-section sudah bisa duduk, 4 jam pasca persalinan sudah bisa berdiri dan berjalan, bahkan 2 hari pasca persalinan sudah bisa joget-joget. Jadi penasaran? Apa bener bisa beraktivitas dalam sekejab gitu ya? Pasca persalinan C-section loh ini, yang biasanya baru bisa belajar jalan 2 hari setelah persalinan. 🤔

Ternyata si artis ini melakukan persalinan dengan metode ERACS atau Enhanced Recovery After Cesarean Surgery. Suatu metode baru dalam tindakan operasi caesar sehingga dapat mempercepat penyembuhan Ibu pasca operasi, bahkan memperpendek masa perawatan Ibu di rumah sakit. Yang membedakan metode ERACS ini dengan operasi caesar biasa adalah anestesinya.

Setelah mencari tau kesana kemari ke bagian Martenal beberapa rumah sakit di Malang Raya, ternyata yang sudah menerapkan metode ERACS ini cuma RSU Hermina Tangkubanprahu.  Long story short (yang akan aku ceritakan lebih detail disini), aku memilih lahiran dengan metode ERACS di RSU Hermina Tangkubanprahu, Malang.

Sebelum Persalinan

Di masa pandemi yang belum berakhir ini, tentu saja harus melakukan berbagai tes sebelumnya, gak cuma tes darah di lab, tapi juga foto thorax di radiologi dan yang paling penting tes swab PCR covid-19. Alhamdulillah semua bagus dan hasil tes PCRnya negatif.

Karena operasi dijadwalkan pukul 7 malam, aku sudah mulai puasa dari jam 1 siang setelah makan.

Jam 4 sore, dokter anestesi berkunjung ke ruang rawat inap untuk memeriksa kondisiku karena memang belum sempat bertemu untuk konsultasi. MaasyaAllah, dokternya ramah dan baik sekali. Gak cuma menjelaskan prosedur anestesi yang nanti akan dilakukan saat operasi, tapi juga menyemangati agar tidak takut karena kata beliau, "persalinan itu operasi yang menyenangkan, tidak seperti operasi penyakit yang lain". Karena setelah operasi Caesar kan kita bertemu buah hati yang dinanti selama ini. Terima kasih banyak dr. Hari Bagianto, Sp. An. (K) bertemu sebentar saja, tapi kata penyemangatnya begitu hangat. 

Dokter menjelaskan bahwa perbedaan metode ERACS menggunakan anestesi dengan dosis minimal sesuai kondisi pasien. Itulah sebabnya seharusnya sebelum melakukan operasi dengan metode ERACS harus konsultasi terlebih dahulu dengan dokter anestesi, karena kondisi kesehatan setiap orang berbeda dan itu berpengaruh apakah cocok untuk melakukan persalinan dengan metode ERACS atau tidak.

Dengan anestesi dosis minimal, pasien akan lebih cepat untuk beraktivitas lagi. Berbeda dengan metode konvensional yang mana pasien baru bisa bergerak setelah 12 jam, itupun hanya sedikit memiringkan badan saja. Setelah 24 jam baru belajar duduk, dan hari berikutnya belajar jalan.

Kalo dosis minimal apa gak malah lebih sakit dok? "Rasanya seperti dipegang, terasa tapi gak sakit kan?"

Oiya, seharusnya puasa cuma gak boleh makan saja, kalo minum masih boleh, bahkan sebelum operasi disarankan minum yang manis agar ada tenaga. Tapi entah kurang kordinasi atau belum banyak yang menggunakan metode ini, jadi suster yang merawat aku gak ngebolehin minum dan gak ngasih minuman manis sebelum operasi seperti yang dokter bilang. Dan mungkin juga karena itu yang bikin dampak pasca operasi.

Proses Persalinan

Setelah diberi obat pelapis lambung, anti mual, dan antibiotik yang disuntikan di infus, dipersilahkan masuk ke ruang operasi. Oiya, sebelumnya aku transfusi darah juga 2 labu, seperti lahiran yang pertama, karena Hb rendah. 🥲

Seperti operasi SC pada umumnya yang dilakukan pertama adalah suntik anestesi di tulang belakang, yang membedakan adalah dosisnya (dokter anestesi yang lebih paham). Setelah dirasa kaki mulai terasa panas dan kesemutan, para suster mulai memasangkan kateter dan memulai persiapan operasi.

Proses operasi berjalan cepat, tiba-tiba meja operasi bergoyang hebat saat si bayi dikeluarkan dan syukur Alhamdulillah bayi dalam keadaan sehat, terdengar dari tangisannya.

Rasanya gimana? Beda gak sama lahiran konvensional atau lahiran yang pertama? BEDA! Beda banget. 

Betul kata dokter, gak sakit tapi terasa. 

Rasanya itu kayak bagian tubuh yang kebas kesemutan, dipegang terasa, tapi kebas. Saat proses operasi terasa seperti dipegang-pegang, ditekan-tekan di bagian perut dan kaki. Bahkan saat bayi ditarik keluar dari perut itu terasa, tapi sekali lagi gak sakit sama sekali. Bener-bener sensasi tersendiri dan pengalaman baru yang gak terlupakan.

Saat proses penutupan perut (gak tau istilahnya apa 🤭) lumayan lama ya, padahal rasanya udah lemes banget dan bahkan ada rasa mual. Bisa jadi karena gak dikasih minuman manis untuk tenaga itu, ntah, pokoknya proses persalinan dengan metode ERACS ini lumayan menguras tenaga banget karena kita masih bisa merasakan. Beda dengan metode konvensional dengan bius maksimal yang kita gak merasakan apa-apa, paling pasca operasi cuma ngantuk banget.

Pasca Persalinan

Selesai operasi sekitar jam setengah 9 malam, aku dipindahkan ruangan untuk menunggu IMD dengan bayi, sekaligus mulai dilatih untuk menggerakkan kaki. Sekitar jam 10 malam bayi diberikan untuk IMD, sekaligus kaki sudah bisa bergerak dan mulai bisa terangkat. Keren banget, pikirku. Dulu lahiran yang pertama, saat IMD ya masih ada biusnya, separuh badan kebawah belum bisa bergerak.

Sekitar jam setengah 11 suster membantu untuk belajar duduk. Wah, ternyata tak semudah itu gaess. Waktu tempat tidur diangkat pelan-pelan ke mode duduk, kepala rasanya terbang, pusing, geliyeng kalo bahasa jawanya. 

Kok geliyeng ya sus? "Oke, istirahat sebentar ya bu sampai pusingnya mendingan, nanti baru kita belajar jalan".

Setengah jam kemudian, suster kembali dan mencoba membimbing untuk belajar menapak dulu. Eh lha kok sekarang malah mual.

Yang awalnya cuma dikasih air putih, sekarang ditambah teh manis hangat. Suster suruh istirahat lagi setengah jam, agar mualnya hilang.

Walaupun disuruh istirahat, tapi aku tetep coba-coba untuk duduk (gak bersandar), nyoba untuk nurunin kaki (tapi belum napakin kaki), tetep aja pusing dan mual. Bahkan akhirnya aku muntah. (Untung udah disiapin wadah untuk muntah)

Tapi setelah muntah malah justru mendingan, badan mulai enakan, pusing perlahan hilang, sudah gak mual lagi. Aku ngerasa udah siap untuk belajar napakin kaki. Dan HUP... yak kaki berhasil napak dan berdiri.

Ternyata cukup bisa napakin kaki atau berdiri aja dulu, berarti sudah bisa jalan, kata suster nanti aja belajar jalan sendiri aja di kamar kalo sudah baikan pusing dan mualnya, dan kalo sudah makan. Jam 1 pagi, aku sudah masuk ke ruang opname dan diberi makan malam. Tepat sekitar 4 jam pasca operasi.

Rasa pusing dan mual masih ada sedikit, yang pasti ditambah lemas dan ngantuk. Makan sedikit-sedikit karena masih ada rasa mual, diselingi tidur sedikit-sedikit karena ngantuk banget. Makanan baru habis menjelang subuh. 😅

Setelah makan pagi dan merasa badan udah mulai kuat, aku mulai belajar jalan sendiri. Bener aja, kalo sudah bisa atau kuat napakin kaki pasti bisa jalan. Aku mulai belajar untuk banyakin aktivitas sendiri, jalan muter-muter kamar, bahkan beres-beres kamar. 😅 Emak-emak ya..gak bisa liat ada yang berserakan dikit.

Sakit gak? Jalannya ya gak sakit, kalo perut pasca operasi ya tetep ada sakit-sakitnya kayak biasa. Kalo kata orang Jawa, rasanya perut kayak mau ambrooll (tumpah). 🤣

Siangnya saat pemeriksaan rutin, suster bilang kalo sudah kuat jalan kateter bisa dilepas, resikonya harus riwa-riwi ke kamar mandi sendiri kalo kebelet pipis. Langsung aja kubilang lepas aja sus 🤭 udah bisa jalan muter-muter ini.

Keren banget emang metode ERACS ini, belum 24 jam rasanya udah kuat ngapa-ngapain, ya bener aja kalo si artis itu bisa langsung joget-joget 🤣. Bahkan aku sudah minta pulang besoknya karena udah berasa kuat aja, eh ternyata gak boleh dulu karena si bayi harus di observasi 2x24 jam pasca lahir, kalo ibunya aja mau pulang boleh, ya gak mungkin kan pulang sendiri-sendiri. 😅 

Noted

Gak perlu ragu sih buat kalian yang pengen melakukan persalinan dengan metode ERACS ini, seperti kata dokter, Berasa tapi gak sakit.

Yang perlu diperhatikan sebelum melakukan persalinan ini:

● Yang pasti konsultasikan dengan dokter kandunganmu, apakah kondisimu memungkinkan untuk melakukan metode persalinan ini. Dokter kandungan pasti lebih tau kondisi kesehatan tubuh dan janinmu.

● Konsultasi juga dengan dokter anestesi yang bisa melakukan metode ERACS ini, karena gak semua dokter anestesi bisa dan pernah melakukan anestesi untuk persalinan ERACS. Dokter anestesi juga akan melakukan pemeriksaan kondisimu apa cocok dengan anestesi dosis minimal itu.

● Kata dokter puasanya boleh minum sedikit-sedikit, bahkan sebelum operasi disarankan minum minuman manis untuk tenaga. Coba deh minta kalo gak dikasih 😅 bener-bener biar ada tenaga aja (terakhir makan jam 1 siang, makan lagi baru jam 1 pagi, lemes juga habis lahiran)

● Kondisi tiap orang (pasien) berbeda-beda. Ada yang setelah operasi seperti aku yang pusing, mual dan muntah. Tapi ada juga yang bisa langsung duduk dan berdiri tanpa kendala, kuat-kuat aja. 


Terakhir, terima kasih banyak kepada dr. Prita Muliarini, Sp. OG (K) yang sudah membantu proses persalinan 2 anakku sehingga bisa lahir dengan selamat ke dunia ini. Beserta para suster, bidan dan staf RSU Hermina Tangkubanprahu yang sudah membantu dan merawat aku dan bayi selama dirawat disana. Terima kasih banyak.

Jumat, 10 Juli 2020

Rapid test di Lion Air Group, sangat membantu

Alhamdulillah, kebantu banget sama Rapid test yang disediakan Lion Air Group.

Gak ada rencana pulkam dalam waktu dekat, tabungan buat lebaran kemarin jadi dipake buat benerin rumah.
Tapi namanya cobaan kadang bisa datang sewaktu-waktu. Tiba-tiba dapat kabar ibu mertua ditabrak motor waktu jalan kaki.
Mertua punya kebiasaan jalan sehat pagi-pagi, terutama di masa pandemi ini harus jaga kesehatan banget. Pagi itu jalan sehat berempat sama bapak dan 2 adek, namanya cobaan, ibu yang biasanya jalan berdua sama bapak, saat itu malah jalan sendirian di depan dan terjadilah kecelakaan itu.
Alhamdulillah gak ada luka serius, tapi bojo pengen banget pulang krn Mamanya sudah masuk RS 3x tapi dia gak pernah bisa pulang, bahkan lebaran kemarin juga belum bisa pulang.
Akhirnya kami cari-cari persyaratan untuk naik pesawat di masa pandemi salah satunya adalah rapid test.

Tanya kesana kemari di beberapa rumah sakit matok harga 350k, bahkan ada yang matok harga 380k beserta surat keterangannya. Duit tabungan tipis 😭 kalo per orang segitu, dikali 3 harganya sama kayak 1 tiket pesawat sendiri.

Kemudian, dapet info tentang rapid tes yg disediakan sama Lion Air Group, dengan harga cuma 95k. Lumayan banget kan ya selisihnya (bisa buat sangu/uang saku 🤭).

Syaratnya:
1. Harus beli tiket pesawat dari Lion Air Group (Lion Air/Batik Air/)
2. Tunjukkan kode booking ke Lion Tower
3. Bayar 95k/orang
4. Bisa langsung rapid test dan keluar hasilnya beserta surat keterangan layak terbang.

Di bandara (HLP) ada 3 check point:
1. Cek kelengkapan berkas (kode booking tiket, identitas, surat keterangan layak terbang (hasil rapid test)
2. Cek kartu kuning dr kemenkes
3. Check-in
Kalo pengen cepet, ngisi kartu kuningnya pake aplikasi ini, jd tinggal nunjukin qr code di konter check point 2. Gak perlu isi formulir kartu kuning dan hrs bawa kartunya kemana2.

Alhamdulillah bisa pulkam

Minggu, 10 Mei 2020

Blighted Ovum (gak jadi hamil T_T)

Seperti yang diketahui sebelumnya, awal April aku tau (testpack) bahwa aku hamil.

Minggu

Setelah sholat ashar dan rebahan sebentar, aku ke kamar mandi untuk BAK. Pas buka celana kok ada flek darah kayak haid. BAK pun keluar darah seperti haid.
Panik, lapor ke Pabeb dan ngajak ke RS saat itu juga. Sempet emosi rasanya karena Pabeb terkesan santai dan nunda-nunda untuk berangkat. Ya emang gak ngerti sih mau ke RS mana karena pasti semua RS dokternya pada libur secara hari Minggu.
Sampe ngancem apa aku harus berangkat ke RS sendiri aja?
Akhirnya berangkat sekitar jam setengah 5 sore, menuju RSIA yang jaraknya lumayan jauh tapi itu RSIA terdekat menurut pencarian gugel. Buru-buru berangkat sambil bawa Ipo yang ngambek karena diangkat saat masih tidur dan masih ngantuk banget (maaf ya nak..)
 
Diatas motor udah gak bisa nahan untuk nangis, dari tadi sudah deg-degan parah sampe tangan gemeteran pas tau keluar darah. Ngerasa bersalah banget, apa karena aku kerja keras tadi pagi? Karena tadi pagi-siang bersih-bersih rumah, masak, dsb yang lumayan berat dan berkeringat. Tapi dulu waktu hamil Ipo aku ngerjain apa-apa sendiri juga gpp, bahkan masih ngekost dan belum ada mesin cuci. Yang sekarang ini kenapa??
 
Sampe di RSIA langsung masuk ke IGD, berharap walaupun minggu bisa ketemu dokter spesialis karena itu di rumah sakit khusus kan, bukan RS umum. Tapi ternyata cuma bisa ketemu dokter umum dan bidan.
Langsung diperiksa oleh bidan, ada pembukaan atau tidak, dimasukkan lah itu jari tangan ke vagina dan ternyata masih ada darah yang keluar tapi gak ada pembukaan.

Lucunya, ntah kenapa mereka ngitungnya aku hamil 14 minggu. Padahal aku sudah bilang bahwa tanggal 6 Maret itu haid hari pertama dan terakhir, keluar darahnya banyak dan berarti itu tetap dihitung haid (seperti yang bu bidan awal bilang). Sedangkan bidan dan dokter yang di RSIA ini bilang itu bukan haid tapi awal kehamilan 🤦‍♀️ jadi hitungannya sudah 14 minggu.
Ah syudahlah, aku gak mau berdebat. Mereka nyoba nyari detak jantung janin pun gak ketemu. Tiba-tiba mereka nyuruh aku diinfus, ya nurut aja. Udah gitu suster yang infus galak banget.

"Ihh ibu mukanya ngadep sana aja, karena saya gak pake APD"

Padahal aku bukan pasien corona ya 😑 pake masker pun, tapi ya udahlah ya mungkin untuk hati-hati.
Di tangan kanan sampe 2 lubang langsung keluar darah dan langsung bengkak sakit banget (sampe hari ini). Akhirnya di tangan kiri baru bisa masuk infusnya. Bukannya minta maaf tapi malah ngomelin, "makanya Ibu yang banyak minum air biar gak gini" oke 😑

Karena gak ada dokter spesialis mereka gak mau periksa aku pake USG. Mereka janjiin kalo nanti malem ada dokter yang akan melakukan operasi SC sekitar jam 7, setelah operasi mungkin nanti bisa diperiksa oleh dokter tersebut.
Pabeb terpaksa beli buka dan makan diluar, juga sambil nyuapin Ipo makan diluar IGD.
Sampe jam 8 ditunggu dan apa yang terjadi? Tiba-tiba dokter (umum) dan suster yang ada di IGD nyuruh kita pulang, karena dokter spesialis yang dijanjikan GAK MAU PERIKSA karena katanya akan ada operasi SC lagi jam 9.
Pabeb udah mulai gak sabar, gimana ceritanya dokter gak pake nengok gak pake megang pasien langsung nyuruh pasien pulang? Dan yang bikin emosi kita udah nunggu lama lho, cuma periksa USG yang mungkin gak sampe 10 menit aja gak mau?? Kami cuma butuh kepastian janinnya sebenernya gpp kah?

Pake segala disuruh ngamar, tapi nanti dokternya bakal meriksa saat jam prakteknya yaitu BESOK SORE. Kami sudah setuju booking kamar berharap bisa segera diperiksa ntah tengah malem sekalipun, atau minimal besok pagi. Dan ternyata gak ada dokter yang praktek pagi dong, semua sore. Jadi walaupun aku ngamar pun bisa diperiksanya tetap harus nunggu saat jadwal si dokter praktek yaitu BESOK SORE, lha buat apa cuma pindah tidur doang??

Akhirnya kami memutuskan pulang, cabut infus dan dikasih obat penguat kandungan yang dimasukkan lewat vagina dan ada obat oral yang dibawa pulang. Lucunya lagi, semua biaya di IGD itu totalnya sama persis dengan uang muka kamar yang kami booking tapi gak jadi ditempatin. 🤣🤣🤣
Dengan rincian paling atas adalah konsultasi dokter spesialis melalui telfon. Astagaaa 🤦‍♀️🤦‍♀️🤦‍♀️ segitunya gak mau balikin duit.

Padahal awalnya kami diremehkan mungkin karena penampilan kami yang seadanya, naik motor pula. Dikasih pilihan kamar kelas 2 atau kelas 3, kami pilih kelas 2. Ternyata penuh, dikasih pilihan mau kelas 3 apa kelas 2 yang kayak kelas 3? Pabeb jawab dong, kenapa gak naik ke kelas 1 aja mbak?
Jawabannya, "oh mau kelas 1 pak? Apa gak kelas 3 aja? "
Ya ampun, segitu keliatan gak mampunya ya kita?? 🤣🤣🤣 Tapi bayar booking cash eh gak ada duit yang balik. 🤭 pffft
Ya udahlah, akhirnya nyampe rumah hampir jam 10 malem. Darah masih terus keluar tapi gak ada rasa sakit apa-apa.

Senin

Pagi-pagi meluncur ke RS umum deket rumah. Gak mau balik lagi ke RSIA itu, karena jam praktek dokternya sore, sedangkan kami butuh kepastian secepatnya.
Langsung bisa ketemu dokter spesialis kandungan dan langsung bisa USG. Hitungannya pun sama dengan kami dan bidan yang awal, yaitu 8 minggu kehamilan. (Tau deh tuh bidan dan dokter yang di RSIA kok bisa beda sendiri)
Di USG tampak kantong kandungannya, tapi gak tampak janinnya. Harus kembali 2 minggu lagi dilihat apa janin berkembang atau tidak. 
 
Pulang lagi dengan lesu. 
Pabeb diem-diem searching tentang ciri-ciri yang ada dan menemukan kalo itu Blighted Ovum. Aku pun sebenernya udah feeling gak enak setelah USG, karena waktu hamil Ipo umur 8 minggu sudah terlihat jelas janinnya, yang ini kok gak ada. 
Sudah ada rasa pasrah kalo memang ini gak bisa dipertahankan, tapi juga ada perasaan bahwa mungkin masih ada harapan karena dokter bilang harus tunggu 2 minggu lagi. Apa masih mungkin berkembang? 

Selasa

Jam 3 pagi kebelet BAK, setelah dari kamar mandi perut rasanya sakiiiiiit banget. Padahal dari hari minggu yang awal keluar darah itu gak ada rasa apa-apa. Berusaha menahan rasa sakit, tapi semakin lama rasa sakitnya semakin intens. Kayak nyeri haid tapi ini lebih sakit. Berhenti sebentar, sakit lagi, berhenti sebentar, sakit lagi. Lama kelamaan kayak gak ada jeda sakitnya. Mungkin kayak kontraksi gitu ya (mohon maap kalo salah, karena waktu  lahiran Ipo gak pake kontraksi 🙏) 
Sampe Pabeb bangun sahur pun kaget karena aku posisi duduk di kasur sambil kesakitan. Setelah subuh sakit mulai mereda, aku bisa mulai tidur. 
 
Sakit terasa terus seharian, di dalam perut rasanya seperti diperas dan diremas-remas. Sudah pengen berangkat ke RS lagi, tapi Pabeb nahan-nahan, gimana kalo besok aja setelah dia pulang kantor. Sore, rasa sakitnya mulai agak hilang, jadi aku setuju kalo ke RSnya besok aja. 
Tapi ternyata malem rasa sakitnya datang lagi.

Rabu

Siang sudah gak tahan, karena sangking sakitnya tangan sampe gemeteran, kepala mulai pusing. Aku bilang Pabeb mau berangkat ke RS sendiri, tapi Pabeb gak ngijinin karena sebentar lagi dia pulang. 
Sore kami berangkat ke RS yang lebih besar walaupun agak jauh karena di tengah kota. Karena aku sudah feeling ini bakal akan ada tindakan jadi mending ke RS yang lebih besar sekalian yang sesuai rujukan kantor.
Yang di website RS tertulis ada dokter spesialis kandungan yang praktek sampai malam, ternyata karena pandemi corona ini semua dokter spesialis hanya sampai jam 5, sedangkan kami baru sampai RS jam setengah 6 sore. 😭
 
Akhirnya masuk IGD lagi, diperiksa bidan lagi apa ada pembukaan atau engga, dan ternyata gak ada pembukaan. Mereka tetep menyarankan untuk pulang, karena gimana-gimana harus diperiksa oleh dokter spesialis kandungan dan di USG dulu. Mereka tidak menyarankan untuk booking kamar karena besok tanggal merah, jadi tetap gak ada dokter yang praktek, sebaiknya kembali hari Jumat pagi-pagi saat dokter spesialis semua praktek. (RS besar lho ini malah gak menyarankan rawat inap karena memang gak perlu, gak kayak yang onoh 🤭)
Suasana RS yang sepi karena pandemi
Aku akhirnya minta diresepkan obat pereda rasa sakit, karena untuk nunggu sampe hari Jumat aku pasti bakal kesakitan terus kalo tanpa dopping obat.
Setelah dimasukkan obat pereda rasa sakit (yang kali ini melalui anus), dan minum obat oral juga, badan rasanya langsung kuat lagi. Gak kerasa sakit sama sekali, bisa pulang dengan riang gembira 😂👍. Setelah ambil obat, malah sempet-sempetnya belanja bulanan dan beli pizza  sebelum pulang ke rumah. Pokoknya udah gak kerasa sakit, happy!! 💪😆

Kamis

Dari hari minggu sampe hari kamis masih keluar darah terus seperti haid. Rasa sakit perut sempet muncul pas telat minum obat pagi, tapi kalo sudah minum obat gak kerasa lagi. Bahkan udah kuat untuk bersih-bersih rumah dan ngurusin Ipo lagi, gak kayak kemarin-kemarin yang cuma bisa rebahan. 

Jumat

Pagi jam 9 kami sudah berangkat ke RS untuk ke dokter spesialis. Karena ngomongnya cuma ke dokter spesialis kandungan, alhasil Ipo gak boleh masuk ke RS. Akibat pandemi corona, anak-anak dan orang usia tua yang sehat sebaiknya gak masuk ke RS. Jadi cuma aku sendiri yang masuk ke lantai 2 tempat dokter spesialis kandungan praktek. 
 
Nunggunya lama banget, kasihan Ipo diluar kepanasan, yang berujung rewel. Pabeb bahkan sampe gak bisa sholat Jumat karena sampe jam 1 aku belum juga dipanggil. Pabeb akhirnya ngajak Ipo ke cafetaria untuk makan siang (cuma Ipo yang makan kok 🤭). 
 
Di saat nunggu, lihat banyak orang bawa bayi rasanya udah pengen nangis, masih bisa nahan. Kemudian ada ibu hamil yang keluar dari ruang praktek dokter bersama ibunya, sambil si ibu ngomel ke anaknya yang sedang hamil itu "udah mulai besok gak usah puasa, minum susu jangan lupa" dibalas sang anak dengan ketawa kecil. 
 
Saat melihat itu mendadak air mata jatuh gak tertahankan, bahkan sampe sesenggukan. Keinget Mama yang suka ngomel saat aku hamil, sedangkan saat ini aku sendirian, dengan keadaan yang kemungkinan besar gak jadi hamil.
Jam setengah 2 namaku baru dipanggil. Diperiksa USG transvaginal, dan terlihat kantung kandungannya semakin besar (2,35cm) tapi gak ada janin sama sekali.
 
"Sekarang hitungannya sudah 9 minggu bu, seharusnya sudah ada janinnya walaupun kecil atau cuma bayangan. Ini bahkan kosong melompong, gelap banget. Kantung kandungannya juga semakin besar, tapi gak ada isinya. Kalo kemarin kan ibu di USG dari atas perut, ini sudah melalui vagina harusnya sudah lebih jelas, tapi sudah saya puter-puter tetep gak ada bayangan janinnya.
Ini namanya Blighted Ovum, atau hamil kosong. Harus segera dikeluarkan karena dia benda asing yang bikin pendarahan terus dan sakit banget. 
Ini ada Miom juga sih bu, tapi kecil, mungkin karena hamil jadi hormon meningkat.
Kita jadwalkan besok kuret ya bu, pagi deh ya, biar bisa langsung pulang gak perlu nginep. Apa mau hari ini? Tapi kasihan si kakak yang nungguin karena operasinya baru bisa nanti tengah malem. Udah besok pagi aja ya", kata bu dokter. 
 
Alhasil dijadwalkan besok jam 8 pagi operasi kuret. Sebelumnya dikasih obat peluruh kandungan sekaligus 2 biji biar pendarahan, jadi besok pagi bisa langsung dilakukan tindakan.
Sebelum pulang aku harus tes darah dulu di lab untuk tes covid-19.
 
Jadi semua yang akan dilakukan tindakan di RS tersebut harus tes covid semua. Masih untung dokternya baik karena aku cuma disuruh tes covid yang darah lengkap aja (harganya sudah lumayan bagiku), menurut dokter cuma formalitas RS aja. Sedangkan untuk operasi-operasi besar lainnya harus tes covid lengkap yang harganya 3x lipat dari tes yang aku lakukan sekarang. 
 
"Kasihan bu yang lahiran saat ini, harus siap dana tambahan buat tes covid. Kadang harga tes nya lebih mahal daripada biaya tindakannya", kata bu dokter cantik ini. 
 
Yang menarik saat tes di lab, petugasnya baik banget. Saat ambil darah di lengan sebelah kanan, "Waduduh, maaf ya bu.. Sepertinya gak pas, takutnya langsung bengkak ini. Saya cabut lagi ya", dengan suara yang halus dan penuh rasa menyesal (gak kayak yang onoh 🤭)
 
Padahal aku gak kerasa sakit banget, darah yang kesedot juga masih sedikit. Aku pun cerita kemarin sempat di infus di IGD tangan yang sebelah kanan memang gitu. Mungkin emang kulitku sensitif juga, sering kebentur sedikit sudah biru lebam. Begitu juga bekas jarum yang di lengan kanan ini langsung berubah biru gitu. Si petugas Lab panik, cari obat oles tapi gak ketemu. Aku sampe meyakinkan si petugas kalo aku gpp 😅 
Di tusuk di lengan kiri lancar jaya sampe 2 tabung lab. Dan sekali lagi si petugas lab minta maaf karena sampe 2x tusuk. 
Kami pulang jam 4 sore. 

Sabtu

Jam 12 tengah malam aku minum obat peluruh kandungan yang pertama. Kata Pabeb itu obat yang bikin sakit banget karena bikin pendarahan hebat (hasil searching gugel). Tapi nyatanya aku gak kerasa apa-apa dan bisa tidur nyenyak. (Padahal sudah gak minum obat pereda rasa sakit)
Jam 5 pagi minum obat peluruh kandungan yang kedua. Jadi seharusnya cuma perlu 1 tablet, tapi biar cepet pendarahan aku dikasih 2 tablet. Dan tetap tidak terjadi apa-apa. Darah yang keluar masih sedikit-sedikit seperti haid biasa. Rasa sakit baru mulai terasa setelah sampai di RS. 
 
Karena dijadwalkan operasi jam 8 pagi, jam 7 kami harus sudah disana untuk daftar dan persiapan. (Maaf ya Po, dibawa dalam keadaan tidur lagi.. 😅) 
Sampe di RS langsung masuk IGD lagi, tapi tidak juga terjadi pembukaan dan pendarahan. Alhasil gak bisa langsung dilakukan tindakan.
Dimasukkanlah obat lagi melalui vagina biar terjadi pembukaan.
 
Kemudian pindah dari IGD ke ruang bersalin untuk persiapan. Tapi karena operasi dijadwalkan jam 10, jadi aku masih boleh keluar di ruang tunggu di depan ruang bersalin sambil nyuapin Ipo sarapan. 
Sampai ikut tau repotnya para bidan dan suster yang pontang-panting karena tiba-tiba kedatangan pasien yang sudah ngeden-ngeden siap melahirkan.
 
Jam 9.15 aku ngerasa kayak pengen BAB gitu, ntah karena stress, takut, atau karena obat tadi. Tapi berkali-kali ke kamar mandi gak ada yang keluar.
 Sampe bu bidan akhirnya nyuruh untuk tiduran aja di kasur persiapan. 
 
Pas mau di infus, lagi-lagi gak ketemu itu nadinya 😅 sampe tangan di gosok-gosok, di tepuk-tepuk berkali-kali tetep aja gak keliatan.
 
"Wah gak kelihatan nih bu saya, nanti aja deh sama dokter anestesinya langsung ya bu".
 
Nunggu di ruangan bersalin rasanya lama banget. Apalagi waktu bayi yang baru aja lahir tadi ditaruh disebelah kasurku, air mata netes lagi.

Jam 10.10 dokter anestesi datang, mulai gosok-gosok dan tepuk-tepuk tanganku agar nadinya terlihat. 
 
"Ibu takut ya? Kalo takut, nadinya jadi sembunyi", kata dokter. 😂 Bikin ketawa yang juga bikin suasana agak cair gak terlalu tegang lagi.
 
Bu dokter cantik datang, "Dokter ini jagoan bu, kalo cari saraf yang kecil-kecil itu paling bisa", promosi 🤭. 
 
Selang oksigen mulai dipasangkan ke hidung.
Lubang infus yang untuk memasukkan bius juga sudah terpasang di tangan kiri. 
Kaki yang sebelumnya sudah dicopot celananya disuruh angkat dan ditaruh di penyangganya.
Kasur yang separuh mulai dicopot dan dipinggirkan. Jadi kasurnya tinggal separuh, posisi aku sudah ngangkang gitu, dan kursi dokter ditaruh tepat di bawah kaki yang ngangkang. 
 
Dokter anestesi mulai menyuntikkan sesuatu dengan suntikan yang besar. Rasanya panas banget di tangan.
Yang aku inget saat itu, 'aduh sakit banget ini suntikan, coba aku merem sebentar biar gak begitu sakit'. 
Eh bangun-bangun liat jam udah jam 11 dong 😅 gak inget apa-apa hamba. 
Berkali-kali merem melek karena masih ngerasa ngantuk banget.
Kemudian bu dokter menghampiri, " Ibu sudah mulai sadar kan? Saya panggilkan bapak dulu ya.. "
Pabeb dan Ipo dipanggil, "ini Ibu sudah sadar, bapak mau nengok engga? "
 
Setelah Pabeb dan Ipo masuk, dokter mulai menjelaskan sambil nunjukin suatu wadah dalam plastik yang didalamnya ada sesuatu yang bewarna darah, "lubangnya kecil banget bu, jadi susah ngambilnya. Yang tembus cuma sperma hahaha. Gak ada pembukaan sih, dan dulu lahiran pertama gak pake pembukaan juga sih ya.
Jaringan dagingnya banyak banget bu, ini sampe segini banyak. Nanti di lab lagi ya"
 
Miom nya diambil juga dok? 
"Kalo miom gak bisa diambil karena kan nempel di rahim, lagipula itu cuma karena hamil jadi hormon lagi banyak-banyaknya. Saya ini juga lagi hamil dengan ada 7 miom didalamnya.
Nanti tunggu 3 bulan lagi masa penyembuhan baru boleh hamil lagi"

Jadi saya gak boleh berhubungan dulu dok?
"Lho ya jangan lama-lama, nanti bapaknya marah 😏 seminggu lagi lah kalo sudah gak keluar darah boleh berhubungan lagi"
Baiik.. 😅😅😅

Kemudian bu dokter pamit. Aku disuruh istirahat dulu.
Tiba-tiba ada mbak-mbak pantry dateng tanya, "bu makanannya sudah bisa saya angkat?"
Hah?? Makan?? Ya belum mbak..
"Ini ya bu makanannya, segera dimakan", sambil nunjuk ada tempat makan tertutup dan minuman di atas meja yang terletak di sebelah tempat tidur, yang aku gak tau kapan itu ada disana 😑.

Berusaha bangun dari tempat tidur, tapi kasurnya kok goyang-goyang? (Kayak yang aku ceritain tadi ya kasurnya itu kebelah dua di tengah-tengah, yang bisa dicopot dan tinggal separuh). Akhirnya teriak-teriak panggil suster.

Suster, ini saya tadi disuruh makan tapi mau bangun kok goyang-goyang?
Suster panik.
"Hah? Goyang-goyang bu? Coba latihan duduk dulu ya pake bantal", sambil ngasih bantal di belakang kepala.
"Nanti kalo sudah gak pusing baru boleh makan"
Hah? Saya gak pusing sus.. ini lho kasurnya yang goyang-goyang 😅
"Oooo gak ngeh saya. Kirain pusing, ternyata kasurnya yang goyang, belum dipasin", sambil benerin cantelan kasurnya biar gak goyang.
"Belajar duduk dulu ya, nanti kalo sudah enakan bisa bebersih dulu, pake celana, baru deh makan"

Karena merasa kuat dan gak sakit, aku langsung cari celanaku dan pembalut baru yang aku siapin di tas. Jalan cepet ke kamar mandi dengan cuma pake selimut buat nutup kaki yang telanjang. Susternya mungkin kerepotan ngikutin aku yang baru operasi tapi udah mau lari aja 😅 karena aku malu banget kalo tiba-tiba ada laki-laki masuk kan, padahal lagi gak pake celana dan kerudung 😶 (karena saat itu di ruangan yang sama ada yang mau persiapan operasi SC dan suaminya berkali-kali masuk ruangan untuk nemenin).

Setelah bebersih dan pake celana, balik ke kasurku tadi untuk kemudian makan siang yang udah disiapin tadi. Makanan habis tepat beberapa saat setelah Pabeb masuk bawa Ipo yang baru selesai makan siang juga di cafetaria. Kemudian Pabeb disuruh menyelesaikan urusan administrasi bayar-bebayar, sedangkan aku dipindah ke kasur yang lebih bersih dan cuma untuk nunggu Pabeb selesai.

Waktu itu Ipo gak mau ikut Pabeb mungkin karena capek akhirnya ikut tidur di kasur. Namanya juga bocah yang dari pagi gak ada tempat untuk rebahan, capek, bosen, akhirnya mulai rewel dan nangis. Datenglah suster muda kemudian judes banget ngomong, "haduuh gak ikut bapaknya ya tadi? Disini gak boleh ada anak kecil seharusnya"

Ya Alloh, gitu banget ngomongnya. Padahal suster yang diawal tadi yang agak berumur orangnya baik banget, justru beliau yang ngebolehin Ipo masuk biar gak capek. Gak pengen memperpanjang masalah aku diemin aja.

Setelah Pabeb selesai, Ipo diajak nunggu diluar lagi. Tapi aku belum juga boleh pulang karena obat belum diambil. Lamaaaa banget nunggunya. Ya gimana suster dan bidan yang bertugas di ruang bersalin cuma 3 orang (mungkin karena hari sabtu), tapi pasiennya banyak banget (pagi ada pasien lahiran normal, aku operasi kuret, kemudian ada 2 orang yang lagi persiapan operasi SC, dan terakhir ada yang mau operasi kuret lagi setelahku). Suster dan bidan kalang kabut kerepotan, jadi gak ada yang ngambilin obatku.

Agak lama ada suster baru datang dan mulai periksa tekanan darah dan nyabut lubang infus. Beliau janji mau ngambilin obat karena suster dan bidan yang lain sibuk. Agak lama lagi si suster baru balik sambil bawa obat.

"Ayo sini bu, cepet saya kasih dan jelaskan obatnya, kasihan itu anaknya udah nangis-nangis diluar". 
 
Karena suara Ipo yang nangis-nangis rewel emang kedengeran banget dari luar sampe kedalam ruang bersalin. Suster yang baru datang ini baik banget dan juga sudah berumur, jadi kayaknya tau banget ya kalo anak rewel itu kasihan bukan malah dimarahin tapi gak ngasih solusi 😤 (masih sebel sama suster muda itu).
Setelah dijelasin obat apa aja yang harus diminum dan harus balik kontrol ke dokter kapan. Aku diperbolehkan pulang.
Sekitar jam 4 sore sudah masuk rumah.

---

Alhamdulillah, semua lancar.
Sekarang sudah gak sakit-sakit lagi. Masih ada terasa nyeri-nyeri sedikit kalo berdiri setelah dari jongkok atau duduk, atau kalo ngangkat sesuatu yang berat kayak Ipo 😅 tapi semua gak ada apa-apanya daripada sakit yang kemarin, jadi lebih gak dirasa sih.
Perasaan rasanya lebih ke lega, karena sudah gak sakit lagi, sudah nglewatin operasinya yang awalnya ditakutin (karena cerita-cerita orang) tapi ternyata gak sakit sama sekali karena dibius total.

Gak memungkiri kalo sempat ada rasa sedih, karena calon anak kedua ini emang ditunggu dan diharapkan, ternyata gak jadi.
Ada sekelebat rasa sedih saat lihat bayi, orang hamil, dll tapi langsung aku alihkan memikirkan Ipo. 
 
Vitamin-vitamin yang sudah terbeli dan berlebih (karena belinya sekalian banyak buat stock) langsung aku sembunyikan biar gak terlihat lagi. Susu hamil juga aku simpen di dalam kulkas yang dalam biar gak terlihat juga. Ada beberapa benda yang sudah aku pengen beli untuk persiapan melahirkan, langsung aku hapus dari wishlist. Emang terlalu dini ya, baru 2 bulan aja udah sok-sokan cari barang lahiran, bahkan cari nama dan sudah ngerencanain tanggal berapa pulang ke Malang untuk lahiran 😅.

Sempat ada rasa bersalah dan menyesal karena hari minggu saat pendarahan itu sempat kerja keras sebelumnya dan mengira itu kesalahanku yang seharusnya gak aku lakukan. Dan mengira apa salahku juga karena gak makan yang bergizi, makan suka ngasal dan sedikit banget karena sering mual. Tapi ternyata ya memang ini penyakit yang harus dikeluarkan, dan memang qodarnya ketahuan lebih cepat.
Sempat ada rasa malu sudah mengecewakan banyak orang, terutama Pabeb, mertua dan Mama Papa, juga beberapa orang lain yang awal tau kalo aku hamil sudah bahagia banget (karena memang sudah didambakan), didoakan sedemikian rupa, ternyata gak jadi hamil.

Tapi setelah semua terlewati, perasaan-perasaan negatif itu mulai terkikis. Masih banyak yang harus disyukuri, masih banyak yang harus dijaga dan diurusi.
Ini semua bukan akhir dunia. Aku masih punya Ipo yang masih butuh aku sebagai dunianya saat ini. Dia masih tumbuh berkembang dan butuh kehadiranku, tanganku, tenagaku. Begitu juga Pabeb.
Kami masih bisa berusaha lagi setelah aku pulih dan sehat kembali. Operasi kuret justru awalan bagi kami, bukan vonis mati dan bukan akhir dari usaha menambah keturunan kami.
Manusia bisa berencana, tapi tetap Alloh yang tentukan.
Insyaalloh, Alloh akan mengganti dengan yang lebih baik, lebih sempurna dari apa yang kami harapkan, diwaktu yang tepat dan tak disangka-sangka. Amiin..

Oiya, gak lupa aku berterima kasih sama beberapa temen yang tau dan ngasih support, (karena emang hampir gak ada yang tau kalo aku hamil, tau-tau udah gak jadi hamil 😅). Terutama untuk crysfam dan mertua, Alhamdulillah jazakumullohukhoiro atas doanya.

Teruntuk Mama yang sejak tau kalo hamil dan sejak tau kalo pendarahan, nanyain kabar anaknya terus tanpa henti hampir tiap menit. Yang diujung semua omelan dan nasehatnya selalu ada kata-kata dan doa yang menguatkan, "Yang sabar kak.. memang itu resiko jadi perempuan. Yang ikhlas, semoga Alloh ganti dengan yang lebih baik" (diulang-ulang hampir disetiap harinya) tapi justru kata-kata ini juga bikin mewek karena aku orangnya cengeng banget 😭😭😭. Alhamdulillah jazakillahukhoiro ya Ma..

Especially for Pabeb, Alhamdulillah jazakallohukhoiro sudah selalu sabar dan menguatkan. Sabar banget sudah bertahan sebulan ini bantuin pekerjaan rumah, gak komen kalo Mabeb gak masak, terutama di seminggu terakhir jadi harus ngurusin bayi besar dadakan yang kesakitan dan cuma bisa rebahan. Ditambah harus dominan ngurusin Ipo. Eh belum lagi seminggu ini jadi sering ada paket dateng yang sengaja buat bikin Mabeb seneng 😘😘😘

Teruntuk Ipo yang harus terpaksa ikut Mabeb keluar masuk IGD, panas-panasan di luar RS, beberapa hari pasti capek dan ngantuk banget karena jadwal tidurnya berkurang, makannya juga kurang karena harus makan seadanya yang ada di cafetaria RS. Maaf ya nak, dan terima kasih sudah bertahan kemana-mana harus bertiga karena gak mungkin mau dititipkan. Alhamdulillah jazakallohukhoiro 😘😘😘

Teruntuk diriku, kamu sudah hebat bisa melalui semua ini. Kamu kuat sudah bisa bertahan. Kamu harus semangat untuk pulih dan sehat lagi. Ayo berjuang dan bangkit lagi. Banyak hal yang harus kamu urusi dan benahi. Yang sabar, yang ikhlas. Insyaalloh akan ada kabar bahagia lagi diwaktu yang tepat. Amiin.. 😁🤲

Jumat, 24 April 2020

Bulbul 2nd

2 minggu sebelum mens, badan rasanya gak enak, kayak lemes banget. Mungkin masih efek capek setelah pulang dari Singapura. Tapi payudara tiba-tiba sakit banget, kayak bengkak, rasanya sama kayak waktu proses sapih Ipo dulu. Mungkin efek perubahan hormon sebelum mens. Beberapa hari terasa seperti itu tapi denial terus. Lucunya Pabeb yang kekeuh bilang, "ini kayaknya kamu hamil". Dan aku yang selalu denial, emang belum waktunya mens, kan harusnya minggu depan mensnya.

Rabu, 08 April 2020

Tips Sederhana Saat Berkunjung ke Singapura 2020


Beberapa tips mungkin sudah masuk di artikel lengkap jalan-jalan keluarga biAsha ke Singapura, tapi bentuknya kayak curhatan di buku diary yang tulisannya panjang kali lebar. Jadi aku coba rangkum beberapa tips nya disini terpisah dan lebih singkat.
Semoga bermanfaat buat orang-orang yang pertama kali ke Singapura kayak aku.

1. Cari diskonan

Sering-sering update promo diskon dari berbagai maskapai dan aplikasi ticketing. Karena gak semua maskapai ada di aplikasi ticketing, kayak Airas*a yang punya website dan aplikasi khusus diluar aplikasi ticketing, padahal sering banget ngasih tiket promo. Kalo tanggal pergi dan pulangnya pas di tanggal-tanggal dengan diskon, wah kalian bisa dapet tiket setengah harga biasanya lho.
Kalo di aplikasi ticketing seperti Travel*ka, kalian bisa gunakan kode promo yang mereka bagikan saat ada momen-momen tertentu. Seperti kami yang pake diskonan dalam rangka perayaan Imlek. Biasanya bisa dapet diskon bahkan cashback. Apalagi kalo belinya tiket PP + hotel, lebih banyak diskonnya.

2. Pertama sampai di Bandara Changi

Saat akan keluar melalui Imigrasi, jangan lupa ambil kertas putih yang sudah disediakan di dekat dinding. Jangan terlena dengan bagusnya Changi airport, sibuk selfie foto-foto akhirnya ke Imigrasi gak bawa berkasnya. (Itu kami 😂🤣)
Form berisi data diri kita orang asing yang masuk ke negara Singapura. Kalo gak bisa bahasa inggris tenang aja, disitu juga disediakan terjemahan form dalam berbagai bahasa, kita tinggal lihat terjemahan dengan bahasa melayu yang masih mirip-mirip sama bahasa Indonesia.
Nama, Nomor Paspor, Tempat Tinggal, Tempat Tinggal di Singapura (biasanya nama hotel, tapi karena kami tinggal di apartemen jadi kami tulis alamat apartemennya), Dari Kota mana, Akan Ke Kota mana (mungkin bagi yang masuk Singapura untuk negara transit aja, karena kami memang tujuannya cuma ke Singapura jadi ya ditulis dari JAKARTA, setelah dari Singapura ke JAKARTA.)
Setelah semua terisi, baru deh lewat bagian Imigrasi untuk diperiksa form yang sudah diisi tadi, paspornya, kemudian cap dua jempolnya.
Untuk yang bawa anak biasanya diminta untuk digendong karena pegawai Imigrasi ingin lihat jelas muka anaknya sama gak sama yang di paspor.
Keluar dari Imigrasi, petugas akan kasih sobekan formnya seperti ini, dan harus disimpan selama kita ada disana.
Oiya, yang beda di tahun 2020 ini ada jalur khusus untuk pendatang yang dari atau transit di negara-negara tertentu terkait pandemic virus Corona atau Covid-19. Bagi pendatang dari negara China, Iran, Italy, dan Korea Selatan (ataupun sempat transit dari negara tersebut), harus melalui jalur khusus di Imigrasi, yang mungkin akan di tes kesehatannya dan lain-lain.

3. Menuju Jewel Changi Airport

Jewel Changi letaknya berada di terminal 1, jadi kalo pesawat kalian turun di terminal 2 dan 3 tinggal cari aja jembatan penghubung ke terminal 1 yang cuma berjarak 5-10 menit jalan kaki (tenang ada eskalator jalan juga kok biar gak capek-capek). Kalo turunnya di terminal 4 ada shuttle bus gratis untuk ke terminal 1.
Letak Jewel Changi paling ujung kiri, jadi kalo keluar dari kedatangan cari aja jalan ke kiri terus sampe mentok, nanti baru kelihatan petunjuk arahnya.

4. Kendaraan keluar dari bandara

Waktu itu kami lebih memilih pakai Grab untuk menuju ke hotel karena belum tau situasi. Biaya sekitar $20 SGD dari Changi ke hotel kami yang ada di Orchard Rd.
Sebenarnya ada shuttle bus dan stasiun MRT langsung dari Changi, letaknya di dekat lift menuju Jewel, nanti ada tanda Train to City dan Bus to City.

5. Kartu dan Biaya Transportasi

Bagi pemilik akun bank Jenius, kartu debit Jenius bisa dipakai untuk kartu transportasi di Singapura baik bus ataupun MRT. Tapi tidak bisa digunakan untuk naik shuttle bus ke Singapore Zoo dan monorail Sentosa Express, dan special bus lainnya.
Untuk biayanya tergantung jarak ya, dan yang tertulis disitu total biaya transportasiku selama sehari-hari, baik itu naik bus ataupun MRT. (Yang tertulis sudah total dalam sehari)
Bagi yang gak punya, kalian bisa mengurus kartu transportasi untuk turis di kantor tiket yang ada di beberapa stasiun MRT. Atau beli aja kartu EZ Link yang bisa digunakan dimana aja.
Waktu itu sudah mau ngurus tiket untuk anak, tapi sama petugasnya dibilang gak usah, cukup digendong aja atau ditaruh di stroller. Kami mengurus tiket anak karena kalo di Indonesia Ipo sudah kena tiket sendiri untuk naik KRL, MRT dan bus transjakarta, karena tinggi badannya, eh ternyata disini belum kena biaya. Di Singapura anak dibawah umur 7 tahun masih gratis biaya.
Untuk Shuttle Bus ke Singapore Zoo, bagi yang kartunya gak bisa dipake kalian tetep naik aja karena supir tidak menerima uang cash. Nanti waktu akan balik ke Stasiun Khatib, kalian bisa beli tiket shuttle bus di mesin tiket yang tersedia di tempat pemberhentian bis nya, harganya cuma $1 SGD/orang.
Menuju Sentosa Island ada monorailnya sendiri yaitu Sentosa Express. Kalo gak ada EZLink kalian bisa beli tiketnya di Vivo City (mall) seharga $4 SGD/ orang, dan bisa dipake seharian.

6. Naik Transportasi 

Cara Naik Bis dari pintu depan ya yang ada pak sopirnya, nanti tinggal tap kartu debit/kartu transportasi di mesin tap yang ada di dekat pintu. Saat akan turun pencet dulu tombol yang ada di tiang-tiang dalam bis (gak usah bilang "kiriiii paak" 🙈). Nanti bis akan berhenti di pemberhentian bis selanjutnya, gak bisa berhenti di tempat-tempat seenaknya ya, naik dan turun tetep di bus-stop. Saat akan turun, tinggal tap lagi kartunya di mesin tap yang ada di pintu keluar atau pintu belakang. Oiya, mesin tap nya ini ada dua di kanan kiri masing-masing pintu, jadi gak perlu antri lama deh kalo mau keluar masuk bis, tinggal pilih aja mau tap ke mesin yang mana.
Pastikan kartu kalian tertempel dengan benar, biasanya akan muncul tulisan "Have a nice day", berarti itu berhasil. Karena suami sempet waktu keluar bis kartunya gak ter-tap dengan benar tapi bis nya keburu pergi, jadi biayanya dihitung dengan biaya rute terjauh.

Untuk naik MRT, seperti kalo naik KRL atau MRT biasa. Tap kartu debit/kartu transportasinya di pagar pintu masuk, tinggal cari jalur yang akan dituju, kemudian tunggu keretanya deh. Kartunya di tap lagi di pagar pintu keluar.
Memang agak ruwet ya jalur transportasi di Singapura ini, banyak jalur, tapi justru bisa dipelajari dengan mudah karena diatur sedemikian rupa agar penumpang dari dalam maupun luar negeri gak bingung. Bagusnya setiap tujuan punya jalur berbeda-beda, tinggal cari sesuai warnanya. Bahkan stasiun MRT sampe punya 3 basement karena 1 basement cuma untuk 2 jalur kereta, kalo 1 stasiun dilewati 6 jalur ya berarti ada 3 basement. Beda sama disini ya, yang harus nyari dulu kereta yang kemana ada di jalur berapa, tandanya pun cuma di depan kereta, ya gitulah pokoknya. (Gak pernah berani naik KRL dan MRT sendiri di Jakarta karena pasti nyasarnya 😭).

Bis pun begitu, setiap pemberhentian bis punya jalur sendiri-sendiri. Jadi hampir gak pernah naik bis di halte yang sama karena tujuannya memang beda-beda (walaupun di dekat apartemen ada bus stop, tapi masih harus jalan dulu ke bus stop yang lain). Setiap bus stop nanti ada papan tulisan bis nomor berapa aja yang akan lewat situ dengan tujuan kemana aja, tinggal menyesuaikan mau naik bis nomor berapa.
Untuk lihat mau naik MRT jurusan apa dan Bis nomor berapa, kalian tinggal cari aja di gmaps atau peta yang tersedia di bandara (kalo bisa baca peta. Kalo aku gak bisa 😭). Di gmaps lengkap banget, tinggal masukkan tujuan, nanti akan ditunjukkan kalian harus jalan berapa meter, ke bus-stop yang mana, naik bis nomor berapa, bahkan bisnya akan datang berapa menit lagi. Begitu juga kalo ingin naik MRT, di gmaps akan ditunjukkan kalian harus ke stasiun mana, naik kereta yang jurusan apa dan warna apa, harus transit di stasiun apa, dan juga kereta datangnya berapa menit lagi.
Warga Singapura emang terkenal disiplin ya, mereka sudah terbiasa menunggu lampu pejalan kaki bewarna hijau untuk menyeberang walaupun sepi, begitu juga naik turun bis harus dari pintu yang sesuai, begitu juga di dalam bis dan MRT lho. Di dalam bis maupun MRT tersedia bangku khusus prioritas, tapi walaupun penuh mereka gak ada yang seenaknya aja tuh duduk di bangku prioritas. (beda banget ya sama disini 🤭) Bahkan orang tua yang merasa dirinya kuat pun lebih memilih berdiri walaupun kursinya kosong, jadi biar gak malu kalo salah duduk dilihat bener ya tanda di tempat duduknya, biasanya bangku prioritas bewarna beda. Tidak seperti di Indonesia yang bangku prioritasnya ditaruh di pojokan gerbong aja, tapi di Singapura bangku prioritas ada di setiap deret tempat duduk, yang membedakan hanya warnanya saja.
Ada yang beda di Grab Singapura, yaitu ada biaya tambahan kalo supir nunggu penumpang terlalu lama diatas 5 menit. Kebiasaan di Indonesia yang nunggu supir Grab lama banget (waktu keluar bandara Changi pun nunggu agak lama),  jadi kami pesan saat masih di dalam apartemen. Ternyata supir Grab sudah ada di depan apartemen, jadi waktu turun dan keluar apartemen lebih dari 5 menit, alhasil kena tambahan biaya $3 SGD. Jadi sebaiknya kalo mau pesan Grab kalo kalian sudah siap di depan tinggal naik.

7. Penginapan

Kalo kalian backpaker sendiri ataupun rombongan dengan low budget, banyak penginapan, hostel dan hotel yang menawarkan harga murah tapi model capsule gitu. Cuma ruangan sempit dengan satu kasur tapi lengkap fasilitas dan kamar mandinya diluar atau dipakai bersama. Atau model dormitory yang satu kamar banyak kasur, jadi bisa sekamar dengan turis lain.
Sebenernya gak masalah sih ya modelan
begini karena emang cuma buat tidur sebentar karena bakal banyak jalan-jalannya. Tapi karena ada anak, jadi lebih cari hotel dan apartemen.
Hari pertama kami di hotel dulu karena seperti yang sudah kubilang tadi, kalian bisa dapat potongan harga kalo beli tiket pesawat + hotel.
Alasan memilih apartemen seperti yang sudah pernah diceritakan, karena butuh fasilitas dapur, mesin cuci dan setrika. Kami seharusnya berlima, jadi lebih enak dan menyenangkan kalo bisa tinggal serumah.
Dengan adanya fasilitas kami bisa menghemat bawa baju karena bisa dicuci, disetrika, kemudian dipakai lagi. Juga menghemat biaya makan karena bisa masak sendiri, ya minimal masak mie instan yang dibawa dari Indonesia atau beli disana. Atau juga bisa memanaskan makanan yang dibawa dari Indonesia dengan microwave.
Semua sabun, shampo, sabun cuci piring, bahkan detergen tersedia. (Handuk juga tersedia ya, yang gak ada sikat gigi dan pasta gigi, bawa sendiri). Alat masak dan alat makan lengkap, mesin cuci dan setrika tinggal pencet, alat tidur pun gak ada yang kurang.
Lengkap kan fasilitasnya.
Tapi karena lengkap, juga jadi lebih mahal harganya. Sebenarnya harganya sama dengan hotel, kalian bisa search di a*rbnb atau travel*ka, tapi yang mahal adalah biaya tambahannya yaitu cleaning fee dan service fee.
Jadi kalo kalian sendirian atau keluarga kecil tidak menyarankan untuk sewa apartemen, mending hotel aja. Tapi kalo rombongan atau bawa keluarga yang jumlahnya agak banyakan, apartemen sudah terbaik. (Kan bisa patungan 👍)

8. Tiket Atraksi atau Tempat Wisata

Masih karena ada diskonan dalam rangka perayaan Imlek, kami beli beberapa tiket atraksi atau tempat wisata jauh-jauh hari juga. Jadi dengan kode promo kami bisa dapat potongan harga yang lumayan. 
Dengan membeli tiket online di aplikasi ticketing, kalian gak perlu antri lagi di loket tiket, langsung masuk aja ke pintu masuk untuk di scan barcode yang ada di tiket onlinenya, paperless. 
Tapi jangan lupa dibaca semua syarat dan ketentuannya ya, seperti tanggal kunjungan kita kesana. Ada tempat wisata yang tiketnya bisa dipakai bahkan 2 bulan dari tanggal yang kita input. Tapi ada tempat wisata yang tiketnya cuma bisa dipakai di tanggal yang di input. Ada juga tiket yang gak bisa di redeem di tempat wisata, ada tempat khusus untuk redeem. Jadi harus hati-hati dan lebih teliti ya.
Kalo memang kalian jalan-jalannya tanpa rencana dan itenerary yang jelas, bisa beli tiket on the spot aja baik di loket tiket ataupun beli online tiket juga bisa langsung digunakan.

9. Makan dan Minum

Sebagai Muslim, kami gak cuma cari makanan yang murah ya 😂 tapi juga harus halal. Ada beberapa tempat makan yang pasang tulisan Halal seritifikat dari Majelis Ulama Singapore, tapi banyak juga yang gak ada tulisannya.
Emang paling aman itu ke tempat makan yang sudah terkenal menyediakan menu ayam, seperti kf* dan m*d, tapi mahal banget 😭. Sekali makan bisa abis $50 SGD atau sekitar 500 ribu rupiah, padahal kami budget untuk sekali makan sekitar $10-20 SGD.
Gak ada menu nasi lagi 😭😭😭. Jadi kalo makan di kf* ataupun m*d itu makan ayamnya pake kentang gaess, kentang goreng atau mashed potato. Oiya, ada yang modelan ayam juga namanya Jollyb*e dan ada menu nasi 😍 tapi tetep aja mahal 😅.
Jadi kami lebih milih ke resto-resto pinggir jalan atau resto di foodcourt yang menyediakan menu ayam. Biasanya kami memesan Chicken Rice (nasi uduk dengan ayam), nasi padang, atau nasi briyani. Orang Indonesia banget ya kemana pun yang dicari nasi 😂 sebenernya kalo kami berdua aja gak masalah mau makan apa aja, tapi si bocah gak kenyang kalo gak makan nasi dan harus seporsi sendiri 😅 jadi emang perjuangan tersendiri buat cari makan tuu.
Di beberapa tempat sudah banyak yang jual makanan Indonesia, dan yang lagi trend yaitu Ayam Penyet. 😂 (walopun ayamnya gak dipenyet, cuma ayam di sambelin gitu doang). Sampai beberapa kali kami nemuin resto khusus yang jual ayam penyet khas indonesia, dan ada resto yang menambahkan menu baru yaitu ayam penyet 😂 (tapi dimahalin).
Tips kalo di foodcourt yang campur-campur gitu, kalo memang gak ada yang pajang sticker halal, biasanya ada yang nempel tulisan "No Pork, No Lard". Atau cari yang menunya bener-bener cuma nyediain menu ayam dan sapi. Karena ada beberapa yang restonya namanya chicken blablabla tapi gambar babinya segede-gedenya 😂 lebih gede daripada gambar ayamnya.
Kalo pengen yang lebih praktis lagi, kalian bisa beli makanan instan yang tinggal dipanasin di microwave, harganya sekitar $4-6 SGD. Bisa dibeli di minimart Sevel, bahkan disediakan juga microwavenya, tinggal pencet-pencet deh.
Untuk minum, kalian gak perlu kuatir karena banyak tempat yang menyediakan tempat pancuran air minum dan untuk isi ulang botol air minum, terutama di stasiun, tempat wisata dan bandara. Jadi cukup bawa botol air minum kalian kemana-mana.
Kalo mau beli air minum botolan di minimarket juga banyak, tapi harganya sekitar $1,5-2 SGD, mahal yess ukuran botol medium aja masyak 20rebu. Tapi kami lebih sering ngisi botol air minum di hotel, apartemen,  tempat wisata dan bandara. Karena beberapa stasiun gak menyediakan tempat untuk minum, mau ngisi di kran kamar mandinya tapi tidak meyakinkan karena ada beberapa stasiun yang jorok. 😑 (Stasiunnya banyak yang bersih gaess, tapi ada yang jorok juga 😅)
Kalo punya uang $2 SGD, kami lebih milih beli jus jeruk yang ada finding machinenya. Enak dan seger banget gaess jus jeruknya (bojo sampe sekarang kadang masih sering ngidam dan masih kebayang-bayang sama rasanya 😂), tanpa gula, jadi bener-bener jeruk peras.

10. Oleh-oleh

Biasanya 

11. Toilet

 Kayaknya gak penting ya bahas toilet, tapi buat cewek-cewek terutama orang Indonesia yang terbiasa buang air kecil pake air untuk bilas toilet itu penting. Di Singapura toilet tidak menggunakan bidet atau pancuran air didalam wcnya (apalagi ember dan gayung, gak ada), kecuali di tempat wisata dan bandara. Biasanya toiletnya ada tandanya seperti ini, yang gak ada tandanya berarti hanya menggunakan tissue toilet.
Jadi sebaiknya kalian bawa tissue basah kemana-mana, terutama untuk yang gak biasa cuma pake tissue toilet aja. Karena pasti rasanya agak risih gitu ya kalo cuma pake tissue toilet, apalagi kalo BAB terus cuma dibasuh sama tissue kan gimana gitu.

12. Pulang dari Bandara Changi

Kalo kalian sudah punya list bakal bawa oleh-oleh banyak, sebaiknya kalian sudah beli bagasi saat beli tiket pulang. Karena nambah/beli bagasi di bandara lebih mahal. Dan jangan kuatir kalo kalian gak bisa ngira-ngira itu koper yang bakal masuk bagasi sudah pas atau berlebihan beratnya, karena di Changi Airport tersedia timbangan koper.
 
Banyak yang setelah timbang koper disini harus terpaksa bongkar kopernya lagi, karena yang bisa masuk kabin hanya seberat 7kg. Untuk kasus kami, kami bongkar koper lagi karena koper yang akan masuk bagasi ternyata masih bisa dimasukin 4kg lagi (kami beli bagasi 20kg) jadi biar agak enteng gitu koper yang dibawa ke kabin. (karena kami bawa stroller juga)
 
Di Changi Airport ini hampir semua Self-Service. Untuk check-in langsung pake mesin ini, tinggal masukkan kode tiket, scan pasport, keluar deh tiket dan tanda bagasinya.
Tips saat membeli tiket pulang selain membeli bagasi, tapi juga pastikan nama lengkap kalian sama persis dengan pasport, sampai nama belakang. Karena suami cuma ngisi namanya tanpa nama belakang di tiket pulang, alhasil tiketnya gak bisa keluar dari mesin karena gak sama dengan yang ada di pasport yang discan.
Akhirnya kami harus menghubungi customer service pesawat yang akan kami naiki, jadi dibantu untuk check-in manual.
Seharusnya setelah tiket dan tanda bagasi tercetak, ada antrian lagi di mesin untuk memasukkan koper ke bagasi (lagi-lagi self service). Jadi koper yang akan dimasukkan ke bagasi harus kita tempel dulu tandanya (yang biasa ditempel di pegangan koper), kemudian tinggal di scan dan masukkan kopernya ke mesin.
Imigrasinya pun self-service dong, tinggal scan pasport gitu di mesin juga. Tapi untuk yang bawa anak seperti aku harus manual ketemu sama petugas imigrasi langsung untuk di cek data dan muka anaknya. Disini petugas minta anaknya digendong (gak boleh di stroller) biar kelihatan mukanya, beda saat masuk Indonesia petugas Imigrasi bilang "gak usah digendong bu kalo berat anaknya", baik banget emang orang Indonesia.

Semoga Bermanfaat

Jumat, 03 April 2020

Keluarga biAsha Goes to Singapore



Disclaimer: Sebetulnya kami ke Singapura tanggal 6-10 Maret 2020 (bulan kemarin), baru posting karena adanya trust issues, yang kuatirnya pada nyinyir kok ke negara yang statusnya orange, nanti bawa virus Corona, dsb. Jadi kami setelah dari sana melakukan social-distancing atau self-quarantine selama lebih dari 14 hari, dan ternyata Alhamdulillah kami tidak menunjukkan ciri-ciri orang yang terkena virus corona. Sempat batuk pilek (tanpa demam) tapi mungkin karena kecapean, dan gak sampai seminggu sudah sembuh sendiri. Alhamdulillah hingga saat ini (sudah sebulan berlalu) kami masih sehat walafiat.
Karena isu virus Corona dan status Singapura yang menjadi orange, kami emang maju-mundur untuk berangkat. Tapi tiket PP, hotel, penginapan, dan beberapa tiket tempat wisata udah kebeli semua, sayang banget kalo duit belasan yuta itu hangus 😭. Ya mungkin untuk beberapa orang akan beropini, "mending gak berangkatlah, daripada nyawa taruhannya, duit bisa dicari lagi". Tapi bagi kami duit segitu ya gak sedikit 😅 ngumpulinnya gak bisa sebulan-2 bulan yess.
Jadi kami memutuskan untuk tetap berangkat ke Singapura, dengan catatan seminggu sebelumnya minum vitamin, jaga kesehatan, bawa masker dan handsanitizer, vitamin pun masih dibawa dan dilanjutkan minum disana. Kami tidak meremehkan, tetap ikhtiar, doa dan waspada.
Dari keluar rumah rasanya deg-degan terus, walaupun udah seminggu doa terus setiap habis sholat supaya dilancarkan perjalanannya, tapi kami bener-bener gak tau apa yang bakal terjadi disana karena isu virus corona ini. Bahkan sampe duduk di pesawat pun aku dan Pabeb masih saling tanya, "kita jadi berangkat nih?" 😂 sambil ketawa bareng, padahal masih dag-dig-dug.
Namanya bocah, gak betah disuruh pake masker
Landing di Bandara Changi, baru percaya "udah beneran di Singapura nih kita?" 😂😂😂.
Keluar dari pesawat udah disambut dengan thermo-scanner, yang pake topi supaya dilepas agar terdeteksi dengan benar, sedangkan anak-anak diukur sendiri suhu tubuhnya dengan thermo-gun.
Ada kejadian lucu waktu saling tunggu gantian ke kamar mandi. Ada seorang mbak-mbak berjilbab menghampiriku dan bertanya, "sorry miss, where is Eii Delapan Belas?" sambil menunjukkan tiketnya yang ada tulisan "A-18". 🤭 Aku buka maskerku agar terlihat kalo kami sesama orang Indonesia, gak perlu sungkan dan gak perlu pake bahasa Inggris yang dicampur bahasa Indonesia. Setelah aku tunjukkan pintu A-18 pake bahasa Indonesia, dia bilang "ooo disitu ya mbak, makasih". 😁 Ketemu sama orang yang sebahasa di negara orang aja udah seneng banget lho aku, sereceh itu. 🙈
Sangking bagusnya Changi Airport, sibuk poto-poto sampe gak tau kalo sebelum keluar melalui Imigrasi kita harus ngisi form putih yang tersedia di pinggir-pinggir dekat dinding.
Sok-sokan langsung ke bagian Imigrasi tanpa bawa form sampe ditanyain petugas Imigrasi, "orang Singapore? Atau ada saudara disini? Mana form putihnya?" (kebetulan petugasnya orang melayu). Setelah sadar baru deh balik lagi ambil formnya dan diisi.
Form berisi data diri kita orang asing yang masuk ke negara Singapura. Kalo gak bisa bahasa inggris tenang aja, disitu juga disediakan terjemahan form dalam berbagai bahasa, kita tinggal lihat terjemahan dengan bahasa melayu yang masih mirip-mirip sama bahasa Indonesia.
Nama, Nomor Paspor, Tempat Tinggal, Tempat Tinggal di Singapura (biasanya nama hotel, tapi karena kami tinggal di apartemen jadi kami tulis alamat apartemennya), Dari Kota mana, Akan Ke Kota mana (mungkin bagi yang masuk Singapura untuk negara transit aja, karena kami memang tujuannya cuma ke Singapura jadi ya ditulis dari JAKARTA, setelah dari Singapura ke JAKARTA.)
Setelah semua terisi, baru deh lewat bagian Imigrasi untuk diperiksa form yang sudah diisi tadi, paspornya, kemudian cap dua jempolnya. Untuk yang bawa anak biasanya diminta untuk digendong karena pegawai Imigrasi ingin lihat jelas muka anaknya sama gak dengan poto yang ada di paspor.
Keluar dari Imigrasi kita akan dikasih sobekan formnya, dan harus disimpan selama kita masih ada disana.
Oiya, yang beda di tahun 2020 ini ada jalur khusus untuk pendatang yang dari atau transit di negara-negara tertentu terkait pandemic virus Corona atau Covid-19. Bagi pendatang dari negara China, Iran, Italy, dan Korea Selatan (ataupun sempat transit dari negara tersebut), harus melalui jalur khusus di Imigrasi, yang mungkin akan di tes kesehatannya dan lain-lain.

Setelah keluar dari Imigrasi kami menuju ke terminal 1 sambil nyoba ngambil uang di ATM.
Jadi ceritanya sebelum kami ke Singapore sengaja bikin akun bank Jenius yang lagi rame kekinian, karena memang beberapa fungsi yang disediakan untuk mempermudah di luar negeri. Emang gampang banget fitur-fitur di aplikasinya, kita bisa cek kurs mata uang, kalo udah cocok bisa langsung tukar mata uang yang ada di tabungan jadi mata uang negara yang dipengen, kemudian bisa ditarik di ATM di negara tujuan, bahkan juga bisa dipake untuk kartu transportasi di Singapura. (Gak endorse ya ini, tapi emang kebantu banget)
Kami gak bawa dollar Singapura sepeser pun, semua duit udah dituker ke Dollar Singapura tapi masih di kartu debit. Pas mau ambil di ATM bandara, eh gak bisa dong, kesalahan Pabeb sih gak usah dicritain nanti dia malu 😂😂😂.
Berkali-kali ganti ATM tetep gak bisa keluar tu duit, panik karena semua duit disana. Aku mencoba tenang, "udahlah yuk ke Jewel Changi dulu, kita udah sejam stuck disini ngabisin waktu."
Pabeb masih panik, bingung gak bisa ke hotel karena gak ada duit sepeser pun. Ya nanti dipikir lagi, sekarang jalan dulu ke Jewel yang masih jauh tempatnya, kubilang.
Jewel Changi letaknya berada di terminal 1, jadi kalo pesawat kalian turun di terminal 2 atau terminal 3 seperti kami, tinggal cari aja jembatan penghubung ke terminal 1 yang cuma berjarak 5-10 menit jalan kaki (tenang ada eskalator jalan juga kok biar gak capek banget). Kalo turunnya di terminal 4 ada shuttle bus gratis untuk ke terminal 1.
Letak Jewel Changi paling ujung kiri, jadi kalo keluar dari kedatangan cari aja jalan ke kiri terus sampe mentok, nanti baru kelihatan petunjuk arahnya. Jembatan menuju Jewel Changi juga lumayan ya, walaupun ada eskalator jalannya juga.
Pas udah kelihatan air terjunnya, MasyaaAlloh awww cakeup banget 😍.

Pengalaman Melahirkan Anak Kedua dengan Metode ERACS

 Beberapa hari sebelum lahiran, ada video viral seorang artis yang mengaku 2 jam setelah melahirkan secara C-section sudah bisa duduk, 4 jam...